Bisnis.com, JAKARTA — Meski kasus positif Covid-19 di Brasil terus bertambah, tapi kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro justru tampak kontraproduktif.
Berbeda dengan negara-negara lain yang mewajibkan penggunaan masker di ruang terbuka, maka Bolsonaro justru menolak diberlakukannya aturan yang mengharuskan masyarakat mengenakan masker. Alih-alih menyetujui aturan tersebut, dia mengambil sikap veto.
Seperti dilaporkan Aljazeera, Sabtu (4/7/2020), salah satu pasal dalam beleid itu menyatakan masker harus dipakai di area komersial dan industrial, tempat ibadah, lokasi mengajar, dan tempat tertutup di mana orang-orang berkumpul.
Namun, Bolsonaro mengatakan pasal ini tidak konstitusional karena, merujuk kepada "tempat tertutup", dapat melanggar kebebasan warga di dalam rumah masing-masing. Padahal, yang dimaksud dalam pasal itu adalah lokasi tertutup tempat berlangsungnya aktivitas bisnis maupun rapat.
Selain itu, seperti dilansir BBC, Bolsonaro juga memveto regulasi yang mewajibkan distribusi masker ke masyarakat miskin. Adapun Kongres memiliki waktu 30 hari untuk menolak veto tersebut, tapi harus dengan suara mayoritas.
Pada Maret-April 2020, Bolsonaro sempat dikabarkan terpapar Covid-19. Meski kemudian dinyatakan bahwa hasil tesnya negatif, tapi hal itu masih diperdebatkan hingga kini.
Baca Juga
Saat ini, mengacu ke data Johns Hopkins University, per Sabtu (4/7) pukul 20.50 WIB, Brasil masih menjadi negara dengan jumlah kasus positif Covid-19 tertinggi kedua dunia dengan lebih dari 1,53 juta kasus. Adapun angka kematiannya mencapai 61.884 pasien dan sebanyak 984.615 pasien berhasil sembuh.
Posisi pertama masih ditempati AS dengan lebih dari 2,79 juta kasus dan 129.437 kematian.
Bloomberg melansir Sabtu (4/7), lebih dari 1.000 pekerja di pabrik pengolahan daging babi milik JBS SA positif terinfeksi Covid-19. Jumlah tersebut setara dengan 25 persen dari total pekerja.
Pabrik tersebut berlokasi di negara bagian Mato Grosso do Sul.
Di daerah yang sama, pabrik pengolahan daging unggas milik BRF SA juga melaporkan serangan wabah yang sama. Dari 1.500 pekerja, sebanyak 85 orang dikonfirmasi terpapar virus corona.