Bisnis.com, PEKANBARU — Perusahaan multinasional asal Jepang, SoftBank Group Corp., akan mengurangi kepemilikan sahamnya sekitar US$21 miliar di perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat T-Mobile US Inc.
Adapun, perusahaan yang dipimpin oleh Masayoshi Son itu disebut dalam tekanan untuk meningkatkan modal setelah lini bisnis investasinya merugi.
“Kami perlu memperkuat modal kas,” tulis SoftBank Group dalam pernyataan sambil menunjukkan bahwa penyebaran Covid-19 gelombang kedua dan ketiga menjadi kekhawatiran terbesar perseroan saat ini, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (23/6/2020).
Dalam transaksi ini, T-Mobile menyebutkan lewat pernyataannya bahwa perseroan akan menawarkan sebanyak 133,5 juta lembar saham kepada publik. Selain itu, T-Mobile juga akan menjaminkan 10 juta lembar sahamnya kepada underwriter dan juga akan menjual sebanyak-banyaknya 30 juta saham lewat Delaware Statutory Trust.
Sebanyak 5 juta saham akan dijual kepada perusahaan milik Marcelo Claure, seorang eksekutif di SoftBank dan anggota direksi T-Mobile. Adapun, pendanaannya akan diberikan oleh SoftBank.
Sementara itu, T-Mobile memiliki hak untuk membeli hampir 20 juta saham. Secara keseluruhan, sebanyak-banyaknya 198,3 juta saham milik SoftBank akan dipindahkan.
Saham T-Mobile ditutup pada level US$160,60 pada akhir perdagangan Senin (22/6/2020) di New York. Dengan demikian, SoftBank berpotensi meraup sekitar US$21 miliar dari penjualan 198 lembar saham T-Mobile.
Transaksi di T-Mobile US Inc. ini juga sejalan dengan rencana SoftBank Group untuk menjual 5 persen saham anak usahanya yang bergerak di bisnis wireless. Tidak hanya itu, sebelumnya Son juga mempertimbangkan untuk menjual sahamnya di perusahaan raksasa e-commerce Alibaba Group Holding Ltd. senilai US$11,5 miliar.
Keseluruhan rencana ini adalah upaya untuk menghimpun US$42 miliar yang akan digunakan perseroan untuk membeli kembali saham (buyback) dan membayar utang.
Untuk sementara ini, SoftBank berencana akan berinvestasi di aset-aset berkualitas tinggi sampai perseroan memiliki kemampuan untuk buyback dan mengurangi tingkat utang.
Adapun, Masayoshi Son tengah menghadapi kerugian karena perusahaan investasinya, Vision Fund, mencatatkan penurunan nilai investasi setelah memberikan suntikan modal ke WeWork hingga Uber Technologies Inc. yang keduanya tidak tumbuh seperti yang diharapkan.
Tahun lalu, SoftBank Group lewat anak usahanya Vision Fund merugi hingga 1,9 triliun yen atau sekitar US$18 miliar. Merespons hal itu, Son langsung mengeluarkan program buyback yang berhasil mengimpun US$4,7 miliar dalam waktu tiga bulan.