Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS-China Memburuk, Empat Media Ini Dicap Sebagai Alat Propaganda

Hubungan antara Amerika Serikat dan China kembali memburuk. AS menyebut empat media sebagai alat propaganda China di dunia.
Hubungan antara Amerika Serikat dan China kembali memburuk. AS menyebut empat media sebagai alat propaganda China di dunia./Reuters
Hubungan antara Amerika Serikat dan China kembali memburuk. AS menyebut empat media sebagai alat propaganda China di dunia./Reuters

Bisnis.com, WASHINGTON - Empat media massa dicap Amerika Serikat sebagai alat propaganda China.

Pemerintah AS pun menyatakan akan mulai memperlakukan empat media utama China sebagai misi negara asing.

Hal itu disampaikan setelah AS menuduh keempat media tersebut sebagai corong pemerintah China. Keempatnya disebut sebagai "media propaganda" di bawah kendali Partai Komunis.

Diplomat senior AS untuk Asia Timur David Stilwell menyatakan keputusan itu di hadapan wartawan, Senin (22/6).

Stilwell menyebut keempat media tersebut: China Central Television (CCTV), China News Service (CNS), People's Daily, dan Global Times.

"Partai Komunis tidak hanya menerapkan kontrol operasional terhadap alat propaganda tersebut, namun juga secara penuh menjalankan kontrol terhadap konten mereka," kata Stilwell.

Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan komentar terkait hal ini.

Februari lalu, Kementerian Luar Negeri AS juga mengumumkan lima media China lain sebagai misi negara asing--sehingga mewajibkan mereka melaporkan daftar nama anggota serta kepemilikan properti pribadi.

Kemudian pada Maret, pemerintah AS menyebut pihaknya memangkas jumlah jurnalis media China yang diizinkan bekerja di kantor-kantor pemerintahan, dari 160 menjadi 100 orang, dengan alasan "intimidasi yang berlangsung sejak lama serta kekerasan terhadap jurnalis" oleh pemerintah China.

Menanggapi hal itu, China mengusir sekitar belasan orang koresponden asal AS yang bekerja untuk New York Times, Wall Street Journal, dan Washington Post.

Bagaimanapun, langkah terbaru AS tersebut membuat hubungan antara kedua negara semakin memburuk. Sebelumnya sejumlah langkah agresif dilakukan kedua belah pihak, termasuk ketika AS dan China saling serang terkait penanganan wabah Covid-19.

Stilwell mengatakan bahwa langkah itu tidak dimaksudkan untuk menghambat aktivitas jurnalistik media asing, dan AS masih berkomitmen terhadap kebebasan pers.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper