Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan Universitas Padjadjaran sudah mulai memproduksi sendiri alat pendeteksi virus corona penyebab Covid-19 pada pekan ini.
Alat rapid test yang dinamai dengan CePAD ini diklaim lebih akurat dan harganya juga lebih murah dibandingkan dengan alat tes impor yang ada saat ini.
“Keakuratan 80% hampir setara dengan tes PCR. Menggunakan metode deteksi antigen bukan antibodi seperti yang selama ini dipergunakan. Dinamai DETEKSI CEPAD,” cuit Kang Emil—sapaan Ridwan Kamil—melalui akun Twitter @ridwankamil, Selasa (23/6/2020).
Alat tes cepat Covid-19 ini dikembangkan oleh Fakultas MIPA, Unpad, dan divalidasi dengan sampel virus Corona.
Cara kerjanya, CePAD akan mendeteksi antigen (virus) penyebab sakit menggunakan sampel nesofaring (swab) dan hasil dapat diketahui dalam waktu 10-15 menit.
Dalam perencanaannya, CePAD akan diproduksi Mei-Juni 2020 sebanyak 5.000 kit (untuk validasi). Sementara itu pada Juli 2020 akan diproduksi sebanyak 10.000 kit untuk disebarluaskan. Nantinya, setiap bulan akan diproduksi sebanyak 50.000 kit.
Sebelumnya, Koordinator Peneliti Rapid Test Covid-19 Unpad dari Fakultas MIPA Muhammad Yusuf mengatakan validasi ke sampel virus dilakukan setelah kedua alat tersebut tervalidasi di laboratorium.
"Kami bekerja sama dengan beberapa pihak dalam validasi ini. Saat ini, formulasi dan uji CePAD di skala laboratorium terhadap protein virus sudah menunjukkan hasil yang baik, jadi bisa dilanjutkan ke validasi di lapangan" kata Yusuf, Kamis (18/6/2020).
Yusuf menjelaskan, perbedaan rapid test 2.0 dengan rapid test yang umum digunakan saat ini adalah molekul yang dideteksi.
Rapid test Covid-19 yang umum mendeteksi antibodi, dan rapid test 2.0 ini mendeteksi antigen. Sehingga, kata Yusuf, rapid test 2.0 dapat mendeteksi virus lebih cepat, karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi virus.