Bisnis.com, JAKARTA – Kesepakatan dagang antara Amerika Serikat- Inggris kemungkinan tidak akan tercapai sebelum pemilihan presiden negeri Paman Sam pada November 2020.
Perwakilan perdagangan utama Presiden AS Donald Trump, Robert Lighthizer yang menyampaikan keraguan itu saat menjawab pertanyaan di depan komite kongres, Rabu (18/6/2020), kemarin.
“Saya pikir itu tidak mungkin terjadi. Ini hampir mustahil kecuali para anggota [kongres] memutuskan menginginkan sesuatu yang luar biasa terjadi sebelum Kongres, sebelum November,” ujarnya dilansir Express UK, Kamis (18/6/2020).
Adapun kesepakatan yang dibuat harus ditandatangani oleh kongres AS sebelum pemerintah Amerika dan Inggris dapat melanjutkannya.
Jika gagal ditandatangani sebelum pemilihan AS, kesepakatan perdagangan bebas Inggris-AS dihadapkan dengan masalah lebih lanjut jika Joe Biden, calon presiden dari Partai Demokrat terpilih. Pasalnya tidak seperti Trump yang telah mendukung Brexit dan kesepakatan perdagangan, posisi Biden tetap tidak jelas.
Negosiasi dagang AS-Inggris saat ini terhambat karena adanya virus corona. Padahal negosiasi telah masuk ke putaran kedua. Pokok pembahasan terakhir antara kedua negara yakni seputar masalah pertanian. Namun Lightthizer mengungkapkan Inggris dan AS menghentikan kesepakatan terkait pertanian ini.
Baca Juga
"Satu hal yang pasti, kita tidak akan berada dalam posisi di mana petani kita tidak diperlakukan dengan adil,” sebutnya.
Trump sebelumnya menyatakan perang dagang sangat bagus setelah keputusannya mengenakan tarif impor baja dan aluminium pada 2018. Trump mengungkapkan menemukan cara untuk mudah menang dalam perang dagang.
"Ketika suatu negara (AS) kehilangan miliaran dolar dari perdagangan dengan hampir setiap negara yang berbisnis, perang dagang itu baik dan mudah dimenangkan. Contohnya, ketika kita turunkan US$100 miliar dengan negara tertentu dan mereka menjadi imut (lunak), jangan berdagang lagi, kita menang besar, Mudah!" tulis Trump di Twitter beberapa waktu lalu.
Metode Trump itu langsung mendapat kritikan dan banyak orang mengatakan bahwa tarif akan gagal melindungi pekerjaan Amerika. Mereka juga yakin keputusan itu akan menaikkan harga bagi konsumen.