Bisnis.com, JAKARTA - Di antara negara-negara Eropa, Jerman merupakan salah satu yang dipuji karena penanganan pandemi yang tepat dan cepat sehingga ekonomi sudah bergulir kembali. Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman, Arif Havas Oegroseno menuturkan, angka pemulihan pasien corona di Jerman mencapai 92 persen.
Hingga hari ini, kekuatan ekonomi terbesar di Uni Eropa itu mencatatkan kasus sebesar 188.382 dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 173.600. Havas mengatakan hal itu bisa dicapai berkat kapasitas layanan kesehatan Jerman yang tinggi dan maju.
Jumlah rumah sakit misalnya, terdapat sekitar 2.000 di seluruh Jerman. Dengan penduduk sekitar 82 juta jiwa, Jerman sebenarnya hanya membutuhkan 600 rumah sakit saja. Namun, di saat pandemi ini, kelebihan jumlah rumah sakit justru menguntungkan.
"Pada saat puncak pandemi, kira-kira April hingga pertengahan Mei, di Jerman okupansi rumah sakit hanya 28 persen," katanya saat bincang live di Instagram Bisnis.com, Rabu (17/6/2020).
Selain itu, jumlah tempat tidur ICU hampir 28.000, lengkap dengan ventilator sebanyak 35.000 di seluruh Jerman. Bahkan di lima rumah sakit Jerman, perpindahan pasien juga sudah menggunakan robot sehingga minim kontak manusia.
Dia menceritakan, kasus pertama di Jerman ditemukan pada 27 Januari 2020. Kemudian pemerintah menerapkan kebijakan lockdown pada 13 Maret dan mencabutnya pada 16 Mei. Praktis hanya dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan hingga pelonggaran lockdown.
Baca Juga
"Kami melihat ada kaitan yang sangat erat antara kesiapan infrastruktur kesehatan dengan kemampuan menghadapi pandemi," lanjutnya.
Pengembangan vaksin juga terus dilakukan dengan dua industri farmasi Jerman telah menjalankan ujicoba klinis kepada manusia, hingga kini sudah 200 orang yang menjalani uji coba vaksin.
"Pemerintah memberikan anggaran sekitar 3,5 miliar euro [untuk pengembangan vaksin], tetapi private sector juga berperan, dan perusahaan Jerman juga bekerja sama dengan perusahaan Belgia," ujarnya.
Sementara itu, untuk menopang ekonomi dan bisnis, pemerintah telah menggelontorkan stimulus fiskal mencapai US$1,3 triliun, terbesar di Eropa. Paket itu untuk membiayai bantuan langsung kepada UKM, pekerja buruh, anak-anak, dan mahasiswa. Pemerintah juga membeli saham korporasi yang kepayahan menangkal dampak pandemi. Tak heran jika kenaikan jumlah pengangguran Jerman relatif rendah, sekitar 1 persen.
"Sekitar 60 persen dari industri di Jerman mengalami pengurangan jam kerja, pengurangan hari kerja, sehingga terjadi gap pada kemampuan industri memberikan gaji. Di situlah pemerintah memberikan direct payment," jelasnya.