Bisnis.com, JAKARTA— Sentimen konsumen Amerika Serikat pada awal Juni melonjak menyentuh level tertinggi sejak 2016 sejalan dengan pembukaan kembali ekonomi dan sejumlah perusahaan yang memulihkan pekerjaan.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (12/6/2020), Universitas Michigan mencatat kenaikan 6,6 poin menjadi 78,9 pada indeks awal. Sementara itu, nilai yang paling banyak muncul dalam proyeksi yang dikumpulkan dari survey ekonom Bloomberg bahwa sentimen konsumen naik ke 75.
Ukuran pada kondisi lanjutan yakni 5,5 poin ke 87,8 pada bulan sedangkan pengukutan pada ekspektasi melonjak 7,2 poin ke 73,1. Namun, kendati telah naik kondisinya belum mampu melampaui potret sebelum pandemi.
Kenaikan sentimen menonjolkan optimisme bahwa pembukaan kembali ekonomi di AS akan memulihkan lapangan pekerjaan dan membantu kenaikan belanja agar bisa keluar dari resesi.
Kendati demikian, dua pertiga responden mengantisipasi kondisi ekonomi yang kontras ke depannya karena masalah pandemi virus corona yang masih membayangi pasar saham.
“Terlepas dari ekspektasi keuntungan ekonomi, beberapa konsumen mengantisipasi munculnya dukungan kondisi ekonomi dalam waktu dekat,” Direktur Survey, Richard Curtin dalam keterangannya.
Data sentimen yang dirilis universitas menunjukkan hasil yang konsisten dengan pengukuran mingguan yang dilakukan Bloomberg.
Dari survey, Universitas Michigan juga diperoleh data ekspektasi inflasi yang menunjukkan bahwa konsumen berharap inflasi sebesar 3 persen pada tahun berikutnya.
Data pun menunjukkan kubu politik dengan kenaikan sentimen konsumen yang terpusat pada pemilih Republikan dan independen. Pada saat yang sama, secara umum kepercayaan diri terhadap kebijakan ekonomi pemerintah menurun.
“Kerusakan yang timbul oelh pandemi virus corona terhadap ekonomi kami sangat luas—kami belum mampu menangani usaha kecil yang bangkrut daan rumah tangga yang tak bisa melunasi cicilan rumah dan pembayaran sewa untuk sementara,” katanya.
Survey tersebut dilakukan pada 27 Mei hingga 10 Juni dengan 42 persen responden berharap bahwa keuangan mereka akan membaik tahun depan. Angka itu naik dari 32 persen. Di tengah pembukaan ekonomi, Bos Bank Sentral AS Jerome Powell memperingatkan gelombang pengangguran akibat pandemi meski Departemen Ketenagakerjaan melaporkan tambahan 2,5 juta pekerjaan pada Mei.