Soeharto dan Orde Baru
Pak Harto tak bisa dilepaskan dari kekuasaan Orde Baru. Istilah orde baru itu sendiri bermula dari gerakan mahasiswa pada 1966. Aspinal dan Greg menyebut rezim Orde Baru muncul dari koalisi soal politik dan kekuatan yang menentang Presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan pergeseran negara yang dinilai condong ke kiri selama dekade sebelumnya.
“Inti dari koalisi ini adalah kepemimpinan tentara, tetapi banyak intelektual, pebisnis dan kelompok politik anti-komunis juga mendukungnya. Melihat tujuan pertama mereka sebagai penghapusan partai Komunis dan pendukungnya (tujuan yang dicapai oleh pembantaian sekitar 500.000 orang dan penahanan 600.000 lainnya pada tahun 1965-1966),” tulis keduanya.
Di era Orba, Soeharto dan para pendukungnya mulai menstabilkan situasi ekonomi. Di sisi lain potensi munculnya lawan politik pun dihancurkan.
Tentara menjadi tulang punggung rezim, terutama sejak awal. Sementara birokrasi sipil Indonesia bekerja melaksanakan kebijakan developmentalis rezim.
Mengutip Herbert Feith, Aspinal dan Greg menyebut Orde Baru sebagai rezim 'represif-developmentalis' yang membangun misi modernisasi di atas fondasi berpandangan ke belakang, konservatisme. Misi politik dan ekonominya disimpulkan oleh banyak slogan, neologisme, dan akronim yang dihasilkannya seperti dwifungsi, massa mengambang, monoloyalitas, percepatan modernisasi, lepas landas dan sejenisnya
“Tidak ada keraguan bahwa rezim memang menghasilkan transformasi ekonomi yang luar biasa transformasi, tiga dekade pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih dari 5 persen, pengurangan kemiskinan absolut, peningkatan nyata dalam infrastruktur, dan layanan kesehatan dan medis, dan keberadaan pusat kota baru kelompok kelas,” ujar Aspinal dan Greg.
Namun, lanjut keduanya, pada saat yang sama, ideologi Pancasila yang disebarkan oleh rezim adalah doktrin sangat konservatif.
“[Doktrin] itu mencoba untuk membekukan masyarakat Indonesia di tengah visi mistis orang Indonesia masa lalu, yang menekankan konsensus, harmoni dan tradisi, tetapi juga kepatuhan dan kepasifan. Visi ini berupaya melenyapkan pembagian konseptual antara negara dan masyarakat, dan untuk mengajar individu dan kelompok bahwa minat mereka harus selalu tunduk pada kepentingan yang lebih besar bagi negara dan bangsa,” tambah keduanya.