Kejatuhan yang Dramatis
Aspinal dan Greg menulis bahwa ketegangan politik telah meningkat di Indonesia selama lebih dari satu dekade, mendorong banyak upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Namun, sedikit orang yang memperkirakan Rezim Soeharto akan runtuh secara dramatis. “Bahkan menjelang malam pengunduran diri Soeharto, banyak pengamat politik kawakan Indonesia percaya bahwa presiden akan, setidaknya, dapat merekayasa suksesi politik sesuai dengan kesukaannya atau bahwa pewaris kekuasaannya yang paling mungkin adalah militer,” tulis Aspinal dan Greg.
Hanya sedikit pengamat yang melihat terjadinya demokratisasi seutuhnya pasca-Soeharto. Hal itu bukan hanya karena umur panjang rezim Soeharto, tetapi juga karena banyak keberhasilan yang tampak di Indonesia.
Perbaikan struktur sosial, politik dan ekonomi Indonesia menjadi hal yang tidak dapat dinisbikan dari kepemimpinan Soeharto yang di sisi lain otoriter dan menakutkan dengan pendekatan keamanannya.
Aspinal dan Greg memotret wafatnya Soeharto sebagai sebuah kehilangan bagi bangsa Indonesia. Hal itu ditangkap keduanya dari ekspresi dan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung di rumah sakit dan saat pemakaman Soeharto.
“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke rumah sakit dan di pemakamannya tampak benar-benar sedih, mengatakan ‘Kami telah kehilangan salah satu putra terbaik bangsa, seorang pejuang yang setia, tentara dan negarawan terhormat ... Kami mengucapkan terima kasih atas kontribusinya yang besar dan jasanya bagi bangsa selama hidupnya dan memaafkan semua kesalahannya,” ujar keduanya.