Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Pendapatan, Lubang dalam Rencana Stimulus China

Pembiayaan stimulus ekonomi Chin terancam. Pasalnya, penerimaan Negeri Tirai Bambu tersebut menurun akibat dampak Covid-19. Alhasil, pemerintah akan menerbitkan utang dalam jumlah besar.
Xi Jinping/Reuters
Xi Jinping/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana China untuk meningkatkan pengeluaran stimulus yang bertujuan mendukung perekonomian menghadapi tantangan tidak terhindarkan yakni penurunan pendapatan negara akibat dampak pandemi Covid-19.

Sumber penghasilan utama diperkirakan akan menyusut pada tahun 2020. Hal tersebut disampaikan langsung oleh pemerintah China. 

Dengan penurunan pendapatan yang semakin diperparah oleh relaksasi pembayaran pajak untuk membantu perusahaan bertahan, Beijing tengah mengambil rencana untuk menerbitkan 70 persen lebih banyak obligasi tahun ini guna menutup gap itu dan memenuhi kebutuhan stimulus.

Sementara itu, pendapatan aktual diperkirakan bisa lebih baik atau lebih buruk dari yang diperkirakan. Pendapatan umum pada 2019 lebih lesu dari perkiraan, sedangkan penjualan tanah jauh lebih baik dari perkiraan.

Menurut estimasi Kementerian Keuangan, pendapatan akan turun 5,3 persen tahun ini. Penurunan pertama dalam setidaknya dua dekade. Penghasilan turun 14,3 persen pada kuartal pertama dan akan terus menyusut pada kuartal berjalan, sebelum mulai tumbuh lagi pada paruh kedua tahun ini.

Penurunan pendapatan juga diyakini akan meluas, seiring dengan hampir semua jenis pendapatan diperkirakan menurun dibandingkan 2019. Pukulan ini bahkan lebih jelas dalam pendapatan nonpajak, termasuk laba dari perusahaan milik negara dan biaya atas penggunaan aset-aset milik negara.

BUMN meningkatkan pembayaran mereka kepada pemerintah pada 2019 tetapi mereka akan berjuang untuk melakukan hal serupa tahun ini dengan deflasi menekan keuntungan dan permintaan merosot.

Pendapatan pajak umumnya digunakan untuk membayar pengeluaran umum seperti jaminan sosial, pendidikan, kesehatan dan upah, sementara penjualan tanah merupakan sumber uang penting untuk proyek-proyek infrastruktur yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam kondisi normal, para pejabat juga dapat memindahkan kelebihan uang dari penjualan tanah untuk mengisi shortfall pajak. Namun, hal ini mungkin tidak akan dialami pada tahun 2020, karena pendapatan penjualan tanah diperkirakan turun 3 persen.

“Bahkan, jika pendapatan itu turun lebih dari 5 persen, pemerintah daerah akan terpaksa untuk memangkas pengeluaran, terutama untuk investasi infrastruktur,” ujar Kepala Analis Makro Huachuang Securities Co, Zhang Yu.

Dia memperkirakan para pejabat akan menjual lebih banyak tanah untuk menebus jatuhnya harga.

Posisi fiskal yang lemah akan menyebabkan defisit dalam anggaran jaminan sosial. Zhang menuturkan Kemenkeu China memperkirakan shortfall sebesar 500 miliar yuan, tetapi selisihnya bisa mencapai 1 triliun yuan pada akhir tahun karena pemerintah telah menjanjikan perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan pembebasan lebih lanjut dari sejumlah pungutan pajak dan lainnya.

“Meski pemerintah dapat menggunakan uang yang dihasilkan dari tahun-tahun sebelumnya atau pendapatan lain guna menutup selisih untuk saat ini, shortfall masih akan menekan pengeluaran,” jelas seorang peneliti di Akademi Ilmu Fiskal China, Weng Zecai.

"Ini akan menjadi ujian bagi kemampuan fiskal China di semua tingkatan,” tambahnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (8/6/2020).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper