Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut-sebut sedang berselisih dengan Menteri Pertahanan Mark Esper setelah Kepala Pentagon ini terang-terangan menentang gagasan pengerahan pasukan militer untuk menahan aksi protes.
Secara terpisah, Trump kemudian menanyakan pendapat penasihatnya soal kemampuan Esper dalam posisi yang dijabatnya saat ini. Demikian disampaikan beberapa sumber terkait yang mengetahui diskusi tentang hal tersebut.
Sementara itu, dalam konferensi pers pada Rabu (3/6/2020) waktu setempat, Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany, terkesan menghindari topik seputar kedudukan Esper. McEnany hanya mengatakan bahwa pentolan Partai Republik tersebut tetap pada posisinya.
Baik pihak Gedung Putih maupun Pentagon belum mengeluarkan tanggapan apa pun terkait isu yang disuarakan pada Rabu malam tersebut.
Esper diketahui bertemu dengan Trump di Kantor Oval setelah mengatakan kepada wartawan di Pentagon bahwa pasukan militer yang bertugas aktif untuk melakukan penegakan hukum di AS adalah pilihan terakhir untuk menangani aksi protes. Ia berpendapat Garda Nasional lebih cocok untuk tugas itu.
Pada Senin (1/6/2020), Trump telah mengancam untuk mengirim pasukan militer ke kota-kota dan negara-negara bagian yang gagal memadamkan kerusuhan masyarakat.
Aksi kekerasan timbul dan meluas di seantero negeri setelah beragam protes dilancarkan atas kematian seorang warga kulit hitam bernama George Floyd di Minneapolis pekan lalu ketika tengah berada dalam penanganan pihak kepolisian.
Di sisi lain, Trump telah menghadapi kritik oleh para pemuka agama, kubu Demokrat, serta beberapa anggota Republik dan mantan pejabat militer, karena kunjungannya ke sebuah gereja bersejarah.
Saat itu, Trump berdiri sebentar sambil memegang sebuah Alkitab dan diambil foto oleh forografer setelah pasukan keamanan mengusir dengan paksa para pengunjuk rasa yang beraksi damai dari area tersebut.
Esper sendiri terkesan menghindari keterlibatannya dalam kunjungan itu. Kepada wartawan di Pentagon pada Rabu, Esper mengatakan bahwa dia pikir akan meninjau kerusakan di gereja dan tidak diberi pengarahan tentang rencana khusus apa pun.
“Saya tahu kami akan pergi ke gereja. Saya tidak tahu terjadi pengambilan foto,” ungkap Esper, seperti dilansir Bloomberg.
Komentarnya kontan menimbulkan kekesalan di Gedung Putih. Tiga asisten Trump yang identitasnya dirahasiakan mengatakan Esper seharusnya memoderasi komentarnya untuk mengurangi perbedaan pandangan dengan sang presiden.