Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs: Pemulihan Ekonomi Global Berisiko Tidak Mulus

Pemulihan ekonomi global berisiko berjalan tak mulus ketika lockdown untuk mengatasi pandemi virus corona (Covid-19) mulai mereda dan pemerintah negara-negara di dunia mulai mengurangi program stimulus.
Logo Goldman Sachs/ Bloomberg
Logo Goldman Sachs/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pemulihan ekonomi global berisiko berjalan tidak mulus ketika lockdown untuk mengatasi pandemi virus Corona (Covid-19) mulai mereda dan pemerintah negara-negara di dunia mulai mengurangi program stimulus.

Menurut Presiden Goldman Sachs Group Inc. John Waldron, pemulihan ekonomi global berisiko mengalami perjalanan yang tidak mulus di tengah kekhawatiran seputar kemungkinan munculnya kembali keganasan virus Corona.

“Risiko terbesar yang dihadapi adalah lintasan ekonomi,” ujar Waldron dalam suatu konferensi virtual yang diselenggarakan oleh AllianceBernstein Holding LP. pada Rabu (27/5/2020).

“Risiko yang menanti adalah bahwa hal itu tidak berjalan dengan lancar, dan Anda semua memiliki kemungkinan kemunculan kembali virus itu. Anda melihat semacam perasaan maju-mundur yang tidak merata di seluruh dunia,” paparnya, seperti dilansir dari Bloomberg.

Analis Goldman Sachs memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan melampaui kontraksi sekitar 4 persen yang diprediksi dapat dialami pada tahun 2020. Risiko kredit untuk korporasi dan konsumen menjadi titik perhatian khusus untuk Goldman Sachs.

Sementara itu, pinjaman di pasar menengah telah mengalami ekspansi besar dalam beberapa tahun terakhir baik melalui bank dan pemberi pinjaman non-bank. Menurut Waldron, ada risiko sektor tersebut tidak akan mendapat manfaat dari akses ke pasar modal atau dukungan pemerintah.

“Pemulihan berpola 'W-shaped' juga dapat menimbulkan tantangan unik bagi para konsumen, terutama jika dukungan pemerintah berkurang. Ini akan menyebabkan lebih banyak kerusakan dalam kredit konsumen,” tambah Waldron.

Goldman sendiri masih merupakan pemain yang relatif kecil dalam memberikan kredit kepada individu, dengan saldo pinjaman sebesar sekitar US$7 miliar.

Terlepas dari guncangan ekonomi akibat pandemi Corona, perusahaan akan tetap berpegang pada target keuangan jangka menengah dan panjang yang ditetapkannya pada Januari.

Bank asal Amerika Serikat itu telah mengumumkan akan membuka kembali kantor-kantornya di Eropa, termasuk di Frankfurt, Madrid, dan Milan, seiring dengan pelonggaran lockdown di sejumlah negara.

Staf yang kembali bekerja di kantor diminta untuk melakukan survei kesehatan dan mengenakan masker saat memasuki dan keluar dari gedung serta di area umum seperti dapur dan kamar mandi.

Karyawan juga harus tunduk pada aturan jarak sosial yang mewajibkan mereka menjaga jarak lebih dari dua meter satu sama lain saat berada di kantor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper