Bisnis.com, JAKARTA - Penerbangan balon udara di Ponorogo membuat heboh media sosial. Publik sempat terkesima dengan adanya bintang di langit pada siang bolong, saat Hari Raya Idulfitri.
Meskipun penerbangan balon udara dilarang karena mengancam penerbangan, warga Ponorogo tetap melakukan ritual tersebut. Beberapa tahun lalu transmisi listrik Jawa-Bali sempat terganggu karena balon yang terbang menyangkut di kabel jaringan listrik tegangan tinggi atau sutet.
Pada Lebaran kali ini, balon udara sempat jatuh di Bandara Ahmad Yani, Semarang. Hal itu membuat pemerintah mengeluarkan notam penerbangan. AirNav Indonesia memberikan peringatan kepada pilot untuk mewaspadai gangguan balon udara liar melalui penerbitan notice to airmen (notam) nomor A1165/20.
Akan tetapi, kegiatan penerbangan balon udara di Ponorogo tetap jalan terus. Bahkan sampai beberapa hari setelah hari raya Lebaran. Hal itu dinilai sebagai hiburan warga meskipun harus merogoh kocek untuk membuat balon udara tersebut.
Menurut keterangan salah satu warga Ponorogo, Putra, pembuatan balon membutuhkan waktu berhari-hari karena ukuran dari balon tersebut cukup besar. Hal itu biasanya dilakukan oleh remaja masjid saat ramadan di siang hari sampai malam hari.
"Balon ukurannya besar, karena satu balon bisa bawa petasan sampai 1.500 buah. Seperti di video ini [sambil mengirimkan video penerbangan balon udara]," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (27/5/2020).
Saat ini bahan balon udara, plastik, banyak dijual bebas toko. Dulu bahan balon udara ditempel dari plastik kresek, tetapi saat ini lembaran plastik sudah banyak dijual. Bahkan dengan bermacam warna-warni untuk bahan baku balon udara.
Festival balon udara di Ponorogo 2019./JIBI
Penerbangan balon udara pun melibatkan banyak orang. Pasalnya dibutuhkan untuk memegang balon saat diisi asap sebelum diterbangkan. Bahan bakar balon biasanya minyak tanah atau bensin untuk membakar obor agar bisa terbang tinggi.
Berikut ini video kemeriahan penerbangan balon udara Ponorogo yang membawa 1.500 petasan: