Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Estimasi Biaya Sosial Jika Wartawan Alami Depresi

CEDS Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran mengungkapkan terdapat risiko biaya sosial yang timbul dari satu jiwa yang alami depresi.
Presiden Joko Widodo saat memberikan pernyataan kepada sejumlah wartawan./Dok. Istimewa
Presiden Joko Widodo saat memberikan pernyataan kepada sejumlah wartawan./Dok. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Center for Economics and Development Studies (CEDS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran mengungkapkan terdapat risiko biaya sosial yang timbul dari satu jiwa yang alami depresi.

Berdasarkan hasil monitoring dampak pandemi Covid-19 terhadap situasi psikososial profesi wartawan, sebanyak 45,92 persen wartawan mengalami gejala depresi dari 98 responden yang mengikuti survei secara daring pada 2-10 April 2020. Adapun, tim CEDS dalam kajian ini merupakan kerjasama antara Fakultas Kedokteran, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran

Peneliti dari CEDS FEB Unpad Riki Relaksana mengatakan terdapat 22 jiwa yang berisiko mengalami depresi dari 98 responden diestimasikan.

"[Dari kondisi tersebut] menimbulkan total biaya sosial sebesar Rp183,94 juta. Setiap jiwa yang mengalami risiko diestimasikan menimbulkan biaya sosial sebesar Rp8,36 juta," ujarnya kepada Bisnis.com, Sabtu (16/5/2020). 

Lebih lanjut, Riki menjelaskan dari survei yang dilakukan juga terungkap bahwa wartawan yang berstatus pegawai tetap memiliki risiko mengalami gejala depresi terkait sulit memusatkan pikiran dan gangguan tidur. Adapun, wartawan yang berstatus kontributor menonjol pada gejala depresi terkait pekerjaan yang dirasa lebih berat dan rasa takut.

Sementara itu, jelasnya, wartawan cetak harian dan mingguan dominan pada gejala depresi terkait gangguan tidur dan rasa tertekan, sedangkan wartawan online serta televisi pada ketakutan dan gangguan tidur. Terakhir, wartawan radio pada gejala depresi berupa merasa sendirian

Menurutnya, diperlukan pencegahan munculnya biaya sosial dari depresi di saat terjadi pandemi berupa layanan konseling kesehatan jiwa yang aktif, dukungan keluarga, rekan kerja (peer support) dan dukungan masyarakat berupa komunikasi dan empati. 

"Diperlukan dukungan dari berbagai pihak, dari institusi berupa pembatasan jam kerja juga monitoring dampak yang terus menerus dan sistematis. Wartawan sendiri juga harus melakuan menajemen stress, istirahat fisik dan mental serta komunikasi," jelas Riki. 

Lebih lanjut, dukungan dari pemerintah dapat mempertimbangkan pemberian insentif, rewards, dan asuransi untuk wartawan. Selain itu, harus dipastikan adanya konsistensi terkait kebijakan dan kejelasan informasi saat pandemi. 

"Jika hal tersebut tidak dilakukan, pemerintah akan memperparah kondisi kesehatan mental masyarakat, khususnya wartawan," katanya. 

Dia menambahkan masyarakat khususnya wartawan perlu mendapatkan informasi untuk akses layanan-layanan konseling, termasuk secara daring. Beberapa layanan konseling secara daring yang ada seperti aplikasi SehatPedia dari Kementerian Kesehatan, bantuan psikologi Covid-19 HIMPSI, program Se.Me.Di, terapi hipnosis Injabar Unpad Covid-19, dan Aplikasi Mawas Diri Covid-19. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Agne Yasa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper