Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha Australia banyak melakukan pemutusan hubungan kerja lantaran pembatasan (lockdown) yang dilakukan pemerintah untuk membendung penyebaran Covid-19, menyebabkan banyak bisnis dari berbagai sektor yang tutup.
Namun, tingkat pengangguran di Australia tidak banyak mengalami perubahan karena dari sisi supply, yakni partisipasi angkatan kerja, juga anjlok.
Data dari Biro Statistik menunjukkan tingkat tenaga kerja merosot 594.300 pada April 2020, melebihi perkiraan ekonom sebesar 575.000. Adapun, angka pengangguran naik menjadi 6,2%, masih jauh di bawah perkiraan 8,2 persen karena partisipasi anjlok menjadi 63,5% dari 66% pada bulan Maret.
Pemangkasan tenaga kerja secara masif itu terjadi di tengah kebijakan karantina untuk membendung penyebaran virus corona.
Biro Statistik Australia juga mengatakan tingkat setengah pengangguran naik ke rekor tertinggi 13,7 persen, atau bertambah 4,9 poin persentase karena jam kerja turun lebih dari 9 persen. Hal itu mendorong dolar Australia memperpanjang penurunan, diperdagangkan pada 64,39 sen AS per Kamis pukul 1:13 dini hari waktu Sydney.
Kemerosotan lapangan kerja terjadi ketika perusahaan-perusahaan, mulai dari dua maskapai penerbangan utama Australia hingga kasino dan department store menerapkan cuti atau memangkas puluhan ribu pekerja.
Reserve Bank of Australia memperkirakan ekonomi akan mengalami kontraksi 10 persen dari tahun ini dan memproyeksi pengangguran meningkat sekitar 10 persen pada Juni 2020.
Gubernur Philip Lowe mengatakan jam kerja akan menjadi metrik kunci untuk mengukur pukulan akibat pandemi. Sementara itu, program JobKeeper yang diinisiasi pemerintah membuat pekerja terikat dengan perusahaan selama masa karantina.
Dengan demikian, penurunan partisipasi kerja dapat menahan kenaikan tingkat pengangguran. Bendahara Josh Frydenberg mengatakan tak lama setelah dirilis, program JobKeeper memberikan dukungan kepada 6 juta pekerja.
Dalam laporannya, Biro Statistik juga menjelaskan, jam kerja bulanan di semua pekerjaan merosot sebesar 9,2persen pada April, dengan jam kerja rata-rata sekitar 30,1 per minggu, turun dari sekitar 32 pada Maret. Pekerjaan penuh waktu turun 220.500 dan paruh waktu anjlok 373.800
Pada tingkat negara bagian, penurunan terbesar adalah New South Wales 221.400, Queensland 129.600 dan Victoria 127.100. Tingkat pengangguran meningkat di semua negara bagian dan teritori.
Biro Statistik memperkirakan 2,7 juta orang dipengaruhi oleh kehilangan pekerjaan atau pengurangan jam antara Maret dan April.
Sementara itu, Qantas Airways Ltd. pada Maret mengerahkan sebagian besar dari 30.000 tenaga kerjanya. Tenaga kerja saingannya, Virgin Australia Holdings Ltd. turun 80 persen. Star Entertainment Group Ltd. mencutikan 90 persen dari 9.000 karyawannya setelah pemerintah memerintahkan penutupan kasino.
Myer Holdings Ltd. untuk sementara waktu menutup semua toko, sedangkan Premier Investments Ltd. menutup semua tokonya selama sekitar satu bulan, hampir semua 9.000 karyawan berhenti. Flight Center Travel Group Ltd. mengatakan telah memangkas 3.800 orang.
"Wabah virus corona telah menimbulkan kerusakan besar di pasar tenaga kerja Australia. Sekitar 1 dari 5 pekerja Australia kehilangan pekerjaan, dipotong jam kerja, atau mundur antara Maret dan April," kata ekonom Bloomberg, James McIntyre, dilansir Kamis (14/5/2020).
Dia melanjutkan bahwa analisis Biro Statistik menunjukkan bahwa dimasukkannya pekerja yang mundur, atau memiliki nol jam tersedia, setara dengan tingkat pengangguran 11,7 persen, angka yang lebih sebanding dengan tingkat pengangguran 13,0 persen Kanada dan 14,7 persen di Amerika Serikat.
Penutupan ekonomi memiliki dampak dramatis pada kepercayaan konsumen dan bisnis, dengan keduanya anjlok sebagai respons. Sentimen kembali menguat di bulan berikutnya.
Keberhasilan pihak berwenang dalam meratakan kurva infeksi telah meningkatkan sentimen dan memungkinkan pembatasan untuk sebagian dilonggarkan. Pemerintah akan membuka kembali banyak bagian ekonomi pada bulan Juli dan mengembalikan 850.000 pekerja.