Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Rekam Jejak Mantan Panglima TNI Almarhum Jenderal Purn. Djoko Santoso

Dilahirkan di Surakarta, Jawa Tengah 8 September 1952, Djoko Santoso meninggal pada usia 67 tahun. Almarhum meninggal setelah dirawat sejak Sabtu (2/5/2020) karena mengalami stroke berat. Djoko dikabarkan sempat menjalani operasi di RSPAD usai mengalami pendarahan di otak.
Dilahirkan di Surakarta, Jawa Tengah 8 September 1952, Djoko Santoso meninggal pada usia 67 tahun. Almarhum meninggal setelah dirawat sejak Sabtu (2/5/2020) karena mengalami stroke berat.Djoko dikabarkan sempat menjalani operasi di RSPAD usai mengalami pendarahan di otak./Antara
Dilahirkan di Surakarta, Jawa Tengah 8 September 1952, Djoko Santoso meninggal pada usia 67 tahun. Almarhum meninggal setelah dirawat sejak Sabtu (2/5/2020) karena mengalami stroke berat.Djoko dikabarkan sempat menjalani operasi di RSPAD usai mengalami pendarahan di otak./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Jenderal TNI Purnawiran Djoko Santoso meninggal dunia, Minggu pagi, pukul 06.30 WIB.

Kepergian mantan Panglima TNI itu, setelah dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, meninggalkan sejumlah catatan.

Dilahirkan di Surakarta, Jawa Tengah 8 September 1952, Djoko Santoso meninggal pada usia 67 tahun. Almarhum meninggal setelah dirawat sejak Sabtu (2/5/2020) karena mengalami stroke berat. Djoko dikabarkan sempat menjalani operasi di RSPAD usai mengalami pendarahan di otak.

Usai lulus dari Akademi Militer (Akmil) Magelang tahun 1975, Djoko Santoso mulai menapaki karirnya sebagai perwira TNI.

Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (Sussarcabif) pada 1976; Kursus Lanjutan Perwira Tempur (Suslapapur) 1987; Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) 1990, dan Lemhannas 2005 menjadi catatan pendidikan yang dijalaninya.

Selain meniti karir di militer, Djoko Santoso juga melanjutkan pendidikan akademis dan meraih gelar S1 Sarjana Ilmu Politik dan S2 Manajemen Politik di Universitas Terbuka, Jakarta.

Karier militer Djoko dimulai dengan menjabat sebagai Komandan Peleton 1 Kompi Senapan A Yonif 121/Macan Kumbang. Setelah jadi perwira tinggi dia menjabat Waassospol Kaster TNI (1998), Kasdam IV/Diponegoro (2000) dan Pangdivif 2/Kostrad (2001).

Djoko menjabat Panglima Kodam XVI/Pattimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) pada 2002-2003. Nama Djoko Santoso bersinar karena berhasil meredam konflik di Maluku.

Djoko Santoso menjabat Panglima Kodam Jaya pada Maret 2003 sampai Oktober 2003. Karir Djoko melejit hingga menjadi Wakil Kepala Staf TNI-AD (Wakasad) tahun 2003.

Tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengangkat Djoko Santoso sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).

Dua tahun berselang, Presiden SBY mengangkat Djoko Santoso sebagai Panglima TNI, menggantikan Marsekal TNI Djoko Suyanto. Djoko Santoso menjadi Panglima TNI pada 2007 hingga 2010.

Menurut Kadispenad Kolonel Inf Nefra Firdaus, Djoko Santoso merupakan Panglima TNI ke-16, dan bertugas sejak 28 Desember 2007 hingga 28 September 2010.

"Sebelumnya, almarhum menjabat KSAD ke-24, sejak tanggal 18 Februari 2005 hingga 28 Desember 2007," ujar Nefra.

Selama penugasan di dunia militer, Djoko pernah mengikuti beberapa operasi, salah satunya Operasi Seroja pada 1976, 1981 dan 1988.

Djoko Santoso pernah mendapat penugasan luar negeri ke Malaysia (1990), Australia (1990), Singapura (1991), China (1994), Amerika Serikat (2006), Vietnam (2006), India (2007), Pakistan (2007), Kamboja (2007).

Djoko Santoso pernah mendapatkan beberapa bintang jasa seperti Bintang Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Pingat Jasa Gemilang, Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama, Bintang Jalasena Utama, dan Medali Sahametrei Tingkat Theoupdin.

Di akhir masa jabatannya sebagai Panglima TNI, Djoko Santoso digadang-gadang maju menjadi calon presiden 2014-2019. Namun Djoko kemudian menyatakan dukungannya kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Djoko Santoso menjabat sebagai salah satu anggota Dewan Pembina Partai Gerindra sejak 2015.

Kesetiaannya pada Prabowo Subianto ditunjukannya kembali pada Pilpres 2019-2024. Djoko Santoso menjadi Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga.

Nama Djoko Santoso juga menggema di dunia olahraga. Ia pernah terpilih menjadi Ketua Umum PB PBSI periode 2008-2012 secara aklamasi.

Pria yang dikenal tegas dan perhatian terhadap para prajurit ini meninggalkan seorang istri yaitu Angky Retno Yudianti dan dua orang anak yaitu Andika Pandu Puragabaya dan Ardhya Pratiwi Setiowati.

Jajaran TNI dan TNI Angkatan Darat mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan terakhir dan ungkapan duka cita atas meninggalnya Djoko Santoso.

"Sebagai bentuk penghormatan dan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian almarhum Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, seluruh satuan jajaran TNI/TNI Angkatan Darat mulai hari ini mengibarkan bendera setengah tiang," kata Nefra Firdaus.

Menurut Nefra, jenazah almarhum Djoko Santoso setelah prosesi pemulasaraan jenazah RSPAD Gatot Soebroto, dibawa ke rumah duka di Jalan Bambu Apus Raya nomor 100 RT 12/RW 3, Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Selanjutnya, jenazah almarhum Djoko Santoso diberangkatkan dari rumah duka pukul 13.00 WIB menuju pemakaman San Diego Hills, Karawang Jawa Barat.

"Akan dilaksanakan upacara pemakaman secara militer sekitar pukul 14.00 WIB," ujar Nefra.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper