Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Singapura mempertimbangkan langkah-langkah pelonggaran kebijakan karantina parsial di negara itu yang diberlakukan untuk membendung penyebaran virus corona jenis Covid-19.
Namun, Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong mengingatkan bahwa upaya Singapura mengatasi pandemi ini belum mencapai setengah jalan.
"Ingat pertarungan masih jauh dari selesai. Pertarungan melawan virus ini bukan sprint, tetapi maraton, dan kita bahkan belum berada di pertengahan jalan," kata Wong yang juga memimpin satuan tugas menteri untuk menangani virus itu pada Senin (4/5/2020).
Sementara negara kota itu telah dan akan terus mengizinkan sejumlah pelonggaran bertahap dari kebijakan karantina sebagian, pembatasan utama akan tetap berlaku sampai 1 Juni 2020.
Menteri Kesehatan Gan Kim Yong mengatakan Singapura akan mempertimbangkan untuk melonggarkan upaya pemutusan mata rantai pandemi jika kriteria tertentu terpenuhi. Hal itu termasuk pengurangan transmisi virus di komunitas yang lebih luas serta di antara pekerja migran yang tinggal di asrama,
Kementerian Kesehatan membenarkan terdapat 573 kasus virus tambahan hari ini, yang mayoritas adalah pemegang izin kerja yang tinggal di asrama pekerja asing. Lima kasus di antaranya warga Singapura atau penduduk tetap.
Di Singapura, virus ini telah menginfeksi lebih dari 18.000, meskipun hanya 18 orang yang meninggal dunia.
"Kita perlu diyakinkan bahwa penularan komunitas secara lokal terhambat atau sangat rendah. Kasus masyarakat idealnya jatuh ke nol atau satu digit setiap hari, dengan jumlah kasus tidak terhubung yang sangat rendah, tidak hanya untuk sehari, tetapi bertahan selama periode waktu tertentu," kata Gan.
Pemerintah Singapura perlu melakukan penilaian terhadap situasi secara global dan bagi setiap negara untuk menginformasikan pendekatan pembukaan kembali perbatasannya. Singapura berbatasan dengan Malaysia dan Indonesia.
"Untuk setiap pembukaan kembali perbatasan kami, kami cenderung memulai dari yang kecil dan selektif, dan untuk terus memaksakan campuran persyaratan isolasi dan pengujian, untuk melindungi diri dari kasus impor baru yang mengarah ke penyebaran masyarakat," ucap Gan.
Ketika bisnis terbuka, lanjutnya, akan ada lebih banyak interaksi, dan risiko penularan virus yang lebih tinggi di tempat kerja dan di masyarakat.
Oleh karena itu, Singapura perlu meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya untuk menguji dan mendeteksi kasus lebih awal, melacak kontak dengan cepat, meghalangi kontak berdekatan, dan menetapkan sumber asli infeksi untuk menghentikan rantai transmisi lain.
Singapura memiliki kapasitas untuk melakukan lebih dari 8.000 tes PCR (polymerase chain reaction) per hari, naik dari 2.900 sehari pada awal April.
"Kami bekerja dengan berbagai mitra sektor swasta dan publik untuk meningkatkan kapasitas pengujian kami lebih jauh hingga 40.000 sehari pada akhir tahun ini," tambahnya.