Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS vs China: Antara Perang Dingin dan Konsekuensi Global

Sedangkan ekonomi AS yang lagi loyo juga akan kehilangan sumber utama permintaan eksternal, karena China telah menjadi pasar ekspor terbesar ketiga dan paling cepat bagi AS.
Seorang pasien Covid-19 diizinkan pulang dari Rumah Sakit Leishenshan (Gunung Dewa Petir) di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (4/4/2020). Rumah sakit itu menutup area bangsal umum terakhirnya pada Kamis (9/4/2020)./Antara/Xinhua
Seorang pasien Covid-19 diizinkan pulang dari Rumah Sakit Leishenshan (Gunung Dewa Petir) di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (4/4/2020). Rumah sakit itu menutup area bangsal umum terakhirnya pada Kamis (9/4/2020)./Antara/Xinhua

Sama-sama Tak Produktif

Perekenomian kedua negara, yang sejauh ini saling bergantung satu sama lain di berbagai sektor, jelas akan dirugikan kalau kondisi demikian berlanjut.

Hal itu pula yang dikhawatirkan oleh Stephen S. Roach, seorang guru besar dari Universitas Yale yang juga mantan Kepala Morgan Stanley Asia.

Dia mengatakan bahwa China akan kehilangan sumber permintaan luar negeri terbesarnya. Alasannya, saat ini ekspornya masih tercatat  20 persen dari produk domestik bruto (PDB)-nya.

Penulis buku Unbalanced: The Codependency of America and China itu menambahkan bahwa China juga akan kehilangan akses ke komponen teknologi AS yang dibutuhkan untuk memajukan inovasi aslinya.

“Hilangnya jangkar mata uang terhadap dollar AS juga dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan China yang lebih besar,” ujarnya seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Sabtu (2/5/2020).

Akan tetapi, konsekuensinya juga akan menjadi masalah bagi AS, yang akan kehilangan sumber utama dari barang-barang berbiaya rendah yang telah lama dinikmati oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sedangkan ekonomi AS yang lagi loyo juga akan kehilangan sumber utama permintaan eksternal, karena China telah menjadi pasar ekspor terbesar ketiga dan paling cepat bagi AS. 

Sementara itu, AS akan kehilangan sumber permintaan luar negeri terbesar untuk sekuritas jenis treasury. Hal itu semakin mengkhawatirkan mengingat adanya kebutuhan dana yang mengancam defisit terbesar dalam sejarah pemerintahan negara itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper