Bisnis.com, JAKARTA - Program pinjaman untuk pelaku bisnis kecil di Amerika Serikat tidak mengalir tepat sasaran kepada pihak yang terdampak pandemi Covid-19.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh University of Chicago’s Booth School, Massachusetts Institute of Technology’s Sloan School, dan National Bureau of Economic Research, hanya 15 persen perusahaan kecil dari daerah-daerah yang mencatatkan penurunan terbesar jam kerja dan penutupan bisnis yang menerima pinjaman lunak tersebut.
Sebaliknya, distrik-distrik dengan dampak yang tidak seberapa, perusahaan-perusahaan dilaporkan menerima pinjaman lunak tersebut hingga dua kali porsinya.
“Kami menemukan bahwa aliran stimulus itu tidak mengalir ke target seharusnya,” kata ekonom João Granja, Christos Makridis, Constantine Yannelis, dan Eric Zwick dalam laporannya, dilansir Bloomberg, Senin (27/4/2020).
Lebih rinci, data-data yang tersaji dalam laporan itu menunjukkan justru dana lebih banyak mengalir ke area-area yang tidak terlalu terkena dampak pandemi, dengan angka ketenagakerjaan yang lebih baik, jumlah infeksi lebih sedikit, dan pemberlakuan pembatasan sosial yang tidak ketat.
Program pinjaman lunak untuk mendukung pebisnis mikro ini diguyurkan pemerintah dengan nilai US$349 miliar dalam waktu 2 pekan. Pemerintah akan kembali menambahkan stimulus hingga US$320 miliar pada Senin, setelah kebijakan itu disepakati pada pekan lalu.
Baca Juga
Riset ini sekaligus menggambarkan pentingnya transparansi atas kebijakan stimulus seiring semakin banyaknya perusahaan membutuhkan uang tunai. Sejauh ini, lebih dari 26 juta warga Amerika Serikat telah kehilangan pekerjaannya.