Bisnis.com, JAKARTA - Wabah virus Corona memberi dampak terburuk pada perekonomian dibanding gonjang-ganjing perekonomian yang pernah terjadi. Bisnis perhotelan akan berubah begitu wabah berakhir.
Begitu disampaikan taipan perhotelan Thailand asal Amerika Serikat kepada Bloomberg, Sabtu (25/4/2020).
Bill Heinecke mengaku dirinya telah melihat semua gonjang-gonjang perekonomian sepanjang puluhan tahun membangun bisnis perhotelannya.
Krisis keuangan di Asia dan global, wabah SARS, dan juga kudeta militer di Thailand yang kini menjadi negeri keduanya setelah meninggalkan Amerika Serikat.
Menurut Heinecke, pandemi Covid-19 saat ini berada di puncak semua petaka dunia yang pernah disaksikannya.
Munshi Ahmed-Bloomberg
Pandemi Covid-19 saat ini berada di puncak semua petaka dunia yang pernah disaksikannya./Minor International Pcl, kelompok perhotelan yang didirikan sang taipan di Bangkok, telah meliburkan ribuan pekerja. Beberapa beberapa hotel dari lebih dari 530 miliknya di Asia Pasifik, Timur Tengah, Afrika, Eropa dan Amerika memang masih beroperasi. Tapi, hotel-hotel itu telah berubah fungsi menjadi rumah sakit.
"Ini bukan resesi ekonomi, ini adalah depresi," ujar pria berusia 70 tahun, yang lahir di AS tetapi menjadi warga negara Thailand, dalam sebuah wawancara. "Industri pariwisata pasti akan berubah setelah ini, tidak akan sirna."
Heinecke mengatakan krisis akibat Covid-19 akan mengubah wajah bisnis hospitality. Hotel-hotel akan menjalankan pengawasan yang lebih ketat untuk standar kebersihan dan kesehatan, biaya layanan akan meningkat, tempat tidur dan makanan akan lebih bersih.
Apa yang dikatakan Heinecke senada dengan komentar Arne Sorenson, kepala eksekutif Marriott International Inc. Industri perhotelan harus bergulat mencari cara survive dan merancang rencana untuk bangkit kembali begitu isolasi dan pembatasan perjalanan berakhir.
Asosiasi Perjalanan AS - yang mewakili maskapai penerbangan, perusahaan transportasi lain, wisata lokal dan biro pariwisata - memperkirakan wabah Covid menyebabkan hilangnya pendapatan mendekati US$520 miliar pada akhir tahun.
Setelah pandemi mereda, pariwisata domestik diperkirakan pulih lebih cepat sebelum pariwisata global kembali menggeliat, kata Heinecke dalam wawancara 23 April.
Negara-negara seperti Cina dan Korea Selatan dinilai akan lebih cepat rebound dibandingkan dengan Eropa dan AS, karena kasus harian yang dikonfirmasi menurun di Asia, kata Heinecke.
"Akan ada cukup banyak permintaan perjalanan yang selama ini ditunda begitu krisis ini selesai," kata Heinecke.
Ia menambahkan kondisi di China sudah menunjukkan tanda-tanda awal kebangkitan.
Heinecke menegaskan ketika permintaan kembali menggeliat, pelanggan akan memilih brand yang diyakini memberi jaminan pencegahan kesehatan, juga makanan, dan keselamatan yang diperlukan,
Heinecke memprediksi para wisatawan mungkin akan menghindari apartemen pribadi atau meninggalkan pemesanan akomodasi secara online.
Minor International berkinerja buruk di pasar Thailand tahun ini. Bisnis Heinecke mencakup hotel dan casual dining (restoran dengan biaya menengah) dan restoran cepat saji. Merek-merek hotelnya meliputi resor mewah Anantara dan Avani. Heinecke juga mengoperasikan merek lain, seperti beberapa properti Four Seasons.
Heinecke mengatakan akuisisi NH Hotel Group pada 2018 senilai €2,3miliar(US$2,5 miliar) mengubah Minor International menjadi perusahaan perhotelan yang benar-benar global. Tahun ini perusahaan telah menangguhkan semua investasi yang signifikan untuk menghemat uang.
Heinecke menyerahkan paspor AS pada 1990-an untuk menjadi warga negara Thailand. Dia dan keluarganya memiliki 33 persen Minor International, yang melaporkan laba bersih 10,7 miliar baht (US$330 juta) pada 2019.