Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Boris Johnson: Saya Tak Mungkin Korbankan Rakyat dalam Menghadapi Covid-19

Masih tingginya pasien virus Corona di sana, membuat pemerintah tak berencana mengendurkan kebijakan lockdown. Keputusan mengendurkan itu, hanya sepekulasi.
Warga melewati Menara Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Saat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berada di unit perawatan kritis karena Covid-19, sejumlah pejabat menyusun rencana untuk memperpanjang masa lock down untuk mengendalikan krisis karena virus corona. Bloomberg/Simon Dawson
Warga melewati Menara Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Saat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berada di unit perawatan kritis karena Covid-19, sejumlah pejabat menyusun rencana untuk memperpanjang masa lock down untuk mengendalikan krisis karena virus corona. Bloomberg/Simon Dawson

Bisnis.com, JAKARTA - Inggris merupakan salah satu negara di Benua Eropa yang memiliki dampak cukup parah dari wabah virus Corona (Covid-19). Dalam catatan Johns Hopkins University of Medicine, Negeri Ratu Elzabeth itu memiliki 154.037 pasien positif dengan 20.795 yang meninggal dunia.

Catatan itu membuat Inggris menjadi negara keenam yang mengkonfirmasi pasien positif terbanyak di dunia, di bawah Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Prancis, dan Jerman.

Dengan tingginya angka itu, maka sulit bagi pemerintah setempat untuk mengendurkan status lockdown Negara Kerajaan tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Perdana Menteri Boris Johnson.

Johnson, yang baru Senin (27/4/2020) ini kembali bekerja setelah sebelumnya terpapar virus Corona, mengatakan bahwa pemerintahannya belum tahu kapan akan mengendurkan kebijakan lockdown.

"Kami tidak bisa menjelaskan seberapa cepat atau lambat, atau bahkan kapan, perubahan [lockdown] itu akan dilakukan," kata Johnson dalam BBC.

Johnson mengatakan bahwa Inggris berada pada titik "risiko maksimum" sehubungan dengan usaha melawan virus Corona. "Saya tahu ini sulit. Saya ingin ekonomi bergerak secepat yang saya bisa," katanya. "Tapi saya menolak untuk membuang pengorbanan rakyat Inggris."

Ia pun menambahkan, pemerintah akan transparan soal penanganan virus Corona di Inggris. "Jelas pemerintah akan mengatakan lebih banyak tentang ini dalam beberapa hari mendatang. Keputusan ini akan diambil dengan transparansi semaksimal mungkin, katanya.

Sebelumnya, pejabat Kementerian Kesehatan Inggris, Edward Argar, mengatakan hal yang sama.

"Kami tidak berada dalam posisi untuk melonggarkan kebijakan lockdown, ilmu pengetahuan [ilmuwan] mengatakan hal itu," ucap Argar dalam BBC. Sejatinya, batas lockdown Inggris berakhir pada 7 Mei mendatang. Kini spekulasi di tengah masyarakat Inggris menguat ke arah perpanjangan lockdown.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andya Dhyaksa
Editor : Andya Dhyaksa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper