Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Batasi Ekspor Gandum, Keamanan Pangan Global Jadi Rentan

Rusia membatasi impor gandum bulan lalu hingga Juni mendatang untuk melindungi pasokannya sendiri ketika krisis virus Corona memicu kekhawatiran keamanan pangan di seluruh dunia.
Ladang gandum/
Ladang gandum/

Bisnis.com, JAKARTA - Pertama kalinya dalam satu dekade, dunia berisiko kehilangan pasokan gandum dari Rusia di tengah maraknya permintaan dari sejumlah negara

Rusia membatasi impor gandum bulan lalu hingga Juni mendatang untuk melindungi pasokannya sendiri ketika krisis virus Corona memicu kekhawatiran keamanan pangan di seluruh dunia.

Meskipun pembatasan terlihat cukup longgar untuk memastikan arus perdagangan normal untuk tahun ini, tetapi Rusia menutup sama sekali kuota ekspornya.

Kebijakan ini akan menghentikan pengiriman gandum ke seluruh dunia kecuali empat negara tetangga Soviet. Sementara larangan hanya akan berlangsung sampai petani mulai panen pada Juli, beberapa negara terdekat lainnya juga telah membatasi ekspor biji-bijian, mengancam rute perdagangan global dan memicu kekhawatiran tentang kekurangan pangan dan harga yang meninggi.

Negara-negara dari Mesir hingga Turki berusaha untuk melakukan impor selagi masih bisa.

"Pembeli ingin persediaan karena mereka menyadari bahwa mereka mungkin tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya nanti," kata Andrey Sizov Jr, direktur pelaksana di konsultan SovEcon di Moskow, dilansir Bloomberg, Senin (27/4/2020).

Namun, hanya dalam beberapa minggu, Rusi menetapkan kuota ekspor hanya 7 juta ton hingga Juni. Selain permintaan yang kuat dari importir, rubel yang lemah membuat gandum Rusia tetap menarik. Juga, penjualan dari simpanan pemerintah telah membantu menahan harga lokal dan menjaga ekspor tetap kompetitif.

Kementerian Pertanian Rusia kemarin tidak menentukan kapan kargo terakhir bisa dikirim sebelum pengapalan dihentikan sementara.

Adapun Rusia memiliki sejarah mengganggu pasar gandum melalui pembatasan atau pajak, tetapi terakhir memberlakukan larangan langsung pada 2010 setelah kekeringan menghancurkan tanaman. Beberapa peneliti melihatnya sebagai kontributor tidak langsung bagi pemberontakan Arab Spring.

Meskipun masih ada pasokan global yang cukup, pengalaman akan kekurangan pangan di masa lalu telah memulai kembali perdebatan tentang nasionalisme pangan. Organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa mengatakan risiko kerusuhan sosial dan politik meningkat ketika pandemi itu memicu ketidakpuasan, dan mendesak langkah-langkah yang tidak dapat dibenarkan yang dapat merusak keamanan pangan dan menaikkan harga.

Amy Reynolds, seorang ekonom senior di International Grains Council di London mengatakan, larangan ekspor Rusia dapat menguntungkan pemasok saingan seperti UE dan AS. FranceAgriMer bulan ini menaikkan prospek ekspor gandum Prancis ke luar blok ke rekor tertinggi untuk musim yang berakhir pada Juni.

Mesir adalah salah satu negara yang mungkin membeli lebih banyak dari UE. Importir gandum teratas mengambil langkah tidak biasa untuk mengimpor sejumlah besar gandum selama panennya sendiri untuk memastikan pasokan domestik aman.

Negara Afrika Utara sangat bergantung pada gandum Laut Hitam, tetapi telah mendorong pembelian ke Prancis musim ini karena harga yang lebih kompetitif.

Meningkatnya permintaan menarik persediaan Eropa pada saat kekeringan mengancam di seluruh wilayah. Jika kondisi di Laut Hitam semakin memburuk, hal itu bisa mendorong pembeli di seluruh dunia untuk menambah persediaan lebih banyak dalam beberapa minggu mendatang.

"Probabilitas skenario itu sedang tumbuh, mengingat cuaca saat ini. Di antara eksportir utama, AS memiliki beberapa inventaris terbesar, dan itu dapat membantu penjualan mereka," kata Andrey Sizov, analis dan peneliti komoditas pertanian.

Namun, perkiraan arus perdagangan tetap sulit karena ketidakpastian akibat krisis kesehatan virus Corona. Selain itu, jatuhnya pasar energi kemungkinan akan berdampak pada ekonomi importir gandum seperti Aljazair dan Nigeria, yang memperoleh banyak pendapatan dari minyak.

"Profil permintaan tidak pasti dan semakin tertutup oleh peristiwa di sektor minyak mentah, dengan beberapa pembeli utama berpotensi terpengaruh oleh penurunan pendapatan minyak," kata Reynolds dari IGC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper