Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APD Kurang, 251 Dokter Positif Covid-19 di Bangladesh

Setidaknya 251 dokter dinyatakan positif terkena virus Corona di tengah upaya Pemerintah Bangladesh menghadapi wabah tersebut.
Bendera Bangladesh. Setidaknya 251 dokter dinyatakan positif terkena virus Corona di tengah upaya Pemerintah Bangladesh menghadapi wabah tersebut./Istimewa
Bendera Bangladesh. Setidaknya 251 dokter dinyatakan positif terkena virus Corona di tengah upaya Pemerintah Bangladesh menghadapi wabah tersebut./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Setidaknya 251 dokter dinyatakan positif terkena virus Corona di tengah upaya Pemerintah Bangladesh menghadapi wabah tersebut.

Yayasan Dokter Bangladesh (BDF) menyatakan penyebab banyaknya dokter terkena wabah adalah kurangnya alat perlindungan pribadi (APD) dan infeksi dari pasien. Wabah pun berkembang di antara para dokter.

Hampir 200 dokter terinfeksi di ibu kota Bangladesh, Dhaka. Sejauh ini Bangladesh telah melaporkan 3.772 orang terinfeksi Covid-19 dan terjadi 120 kematian.

Seperti banyak negara, Bangladesh mengalami kekurangan [APD] yang parah bagi tenaga kesehatannya.

Hampir 25 persen dokter dan perawat, serta 60 persen staf medis pendukung yang terlibat dalam merawat pasien virus Corona belum menerima APD. Demikian laporan sebuah studi dari Universitas BRAC baru-baru.

"APD adalah pelindung kita terhadap virus yang fatal, tanpa APD yang tepat kami dipaksa untuk berperang tanpa perlindungan," kata seorang dokter di Dhaka yang tidak mau disebutkan namanya kepada Aljazeera.com, Jumat (24/4/2020).

Petugas kesehatan juga mengeluhkan kualitas APD yang diberikan kepada mereka.

"Ini lebih seperti jas hujan daripada APD yang tepat," ujar Anis Ahmed, seorang dokter yang bekerja dengan salah satu rumah sakit pemerintah yang ditunjuk untuk merawat pasien Covid-19.

Meerjady Sabrina Flora, Direktur Institut Epidemiologi, Pengendalian Penyakit, dan Penelitian Bangladesh, mengakui ada kekurangan APD "berkualitas".

"Ini bukan masalah unik kami, petugas kesehatan di seluruh dunia sedang menghadapi [krisis] akut APD. Kami mencoba untuk melakukan outsourcing APD berkualitas dari tempat yang berbeda. Beberapa organisasi swasta telah maju untuk menyumbangkan APD," katanya kepada Al Jazeera.

Seiring meningkatnya permintaan APD, beberapa pabrik garmen siap pakai (RMG) mulai memproduksinya. Bangladesh adalah eksportir RMG terbesar kedua setelah China.

Sementara itu sebuah laporan media Business Standard menyebutkan bahwa pabrik RMG hanya dapat memproduksi APD yang tahan bahan kimia. Akan tetapi alat itu tidak anti debu untuk menghasilkan peralatan tingkat medis.

"Tanpa APD tingkat medis, petugas kesehatan garis depan kami kemungkinan terinfeksi Covid-19," ujar Nirupam Das, kepala administrator BDF.

Menurut indikator pembangunan Bank Dunia, jumlah dokter di Bangladesh per 1.000 orang pada 2017 adalah 0,5 atau yang terendah di dunia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper