Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan fesyen ternama asal Prancis, Hermes International, melaporkan penurunan penjualan pada kuartal I/2020 akibat terdampak pandemi virus corona (Covid-19).
Dilansir melalui Bloomberg, Kamis (23/4/2020), penjualan Hermes pada kuartal I turun 7,7 persen dengan memperhitungkan nilai tukar yang konstan, dari tahun sebelumnya.
Meski demikian, penurunan yang tercatat pada kuartal pertama jauh lebih kecil dari prediksi para analis untuk penurunan penjualan sebesar 12 persen.
Perusahaan justru mengatakan mempertahankan target yang "ambisius" untuk pertumbuhan pendapatan dengan nilai tukar yang konstan dalam jangka waktu menengah.
Hermes menyatakan telah membuka kembali semua tokonya di China daratan dan siap untuk mencatat kebangkitan kembali dalam permintaan setelah wabah Covid-19 memukul permintaan untuk barang-barang mewah.
“Penjualan telah meningkat dengan persentase dua digit di China daratan sejak toko-toko dibuka kembali,” ujar CEO Axel Dumas kepada awak media. Namun, penjualan di Amerika Serikat dan Eropa terhenti sehingga akan membebani kinerja pada kuartal kedua.
Baca Juga
Hermes telah secara bertahap melanjutkan operasinya di workshop-workshop perusahaan di Prancis sejak 14 April, setelah ditutup sebulan sebelumnya.
Dengan sebagian besar produk diproduksi sendiri di Prancis, Hermes dapat menjadi salah satu merek yang paling terekspos dengan kendala pasokan ketika toko-toko dibuka kembali.
Seperti banyak perusahaan lain, Hermes menurunkan dividennya untuk meningkatkan cadangan uang tunai. Dividen akan menjadi 4,55 euro per saham atau 9 persen lebih rendah dari yang direncanakan sebelumnya.