Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio membeberkan pembuatan vaksin terkait wabah Covid-19 tidak akan bermanfaat saat ini. Alasannya, riset pembuatan vaksin tersebut membutuhkan waktu beberapa bulan lagi.
“Risetnya membutuhkan waktu yang lama ketika sebagian besar pandemi ini mungkin sudah akan berakhir,” kata dia saat memberi keterangan di dalam diskusi virtual Satu Asa Lawan Covid-19 Lembaga Survei Kedai Kopi, Jakarta, pada Rabu (22/4/2020).
Meskipun demikian, dia menggarisbawahi, riset pembuatan vaksin Covid-19 akan tetap berguna untuk mengantisipasi datangnya jenis virus dari kelompok hewan ini.
“Saat ini virus Corona sudah tiga kali membuat ulah mulai dari Middle East respiratory syndrome (MERS), Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) Coronavirus 1 dan sekarang Sars Coronavirus 2, bukan suatu hal yang tidak mungkin bakal ada pandemi berikutnya dari virus Corona ini,” kata dia.
Lebih lanjut, dia menyatakan persoalan ini akan menjadi perhatian ke depannya. Mengingat, saat ini interaksi di antara manusia dengan hewan liar semakin tinggi.
“Jika kita tidak mengembangkan vaksin virus, kita akan tertinggal dari negara lain," ujarnya.
Baca Juga
Di sisi lain, PT Bio Farma (Persero) menggandeng Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations/CEPI) dalam rangka proses pengembangan vaksin virus Corona di Indonesia.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir membenarkan adanya kerja sama tersebut untuk mengembangkan vaksin. Perusahaan telah berkomunikasi dengan CEPI agar proses scale up untuk vaksin bisa dilakukan di Bio Farma.
"Kami kolaborasi dengan CEPI, lembaga ini dimiliki oleh beberapa negara besar Eropa, mereka sudah sampai penemuan vaksin di lembaga risetnya dan siap melakukan produksi dan uji klinis," kata Basyir dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR secara virtual, Selasa (21/4/2020).
Dia menambahkan jika semua berjalan lancar, maka pada kuartal III/2020 vaksin untuk Covid-19 mulai diujicobakan pada manusia. Perusahaan juga bekerja sama dengan China, yang saat ini sedang dalam uji klinis tahap kedua.