Bisnis.com, JAKARTA – Taipan media asal Hong Kong, Jimmy Lai, memohon bantuan untuk surat kabar miliknya, Apple Daily, yang terdampak aksi politik di dalam negeri dan pandemi virus corona jenis Covid-19.
Dalam sebuah pernyataan melalui video pada Rabu (22/4/2020), Lai, yang dikenal pro-demokrasi, mengungkapkan bahwa pendapatan dari pengiklan merosot hampir tanpa hasil.
Menurut Lai, surat kabar yang merupakan bagian dari Next Digital Ltd. bentukannya itu telah memperjuangkan protes selama berbulan-bulan di Hong Kong terhadap cengkeraman Pemerintah China.
“[Apple Daily] menghadapi kerugian yang besar dan penurunan jumlah langganan,” tutur Lai, seperti dilansir melalui Bloomberg.
“Jumlah pelanggannya telah turun menjadi di bawah 600.000 dari 800.000. Saya pribadi telah mengalirkan sekitar HK$550 juta (US$71 juta) untuk menjaga publikasi tetap berjalan,” lanjutnya.
Didirikan pada 1995, Apple Daily menjadi salah satu surat kabar terlaris di pusat keuangan Asia ini dan dikenal karena tulisannya yang blak-blakan terhadap Beijing dan Pemerintah Hong Kong.
Sirkulasi bersih harian rata-rata kemudian turun menjadi sekitar 91.000 kopi sepanjang April hingga September 2019, ketika surat kabar ini mengalihkan fokus untuk mengembangkan platform digitalnya.
Adapun, publikasinya memiliki page view bulanan rata-rata sekitar 1,3 miliar untuk semua gabungan platformnya di Hong Kong dan Taiwan selama periode yang sama.
Pria berusia 72 tahun ini mengakui bahwa kerugian yang dialami telah sangat serius tahun ini dan lebih buruk dari sebelumnya.
“Kami sangat berharap Anda semua dapat memahami betapa berat dan sulitnya kondisi ini, serta membantu dan mendukung kami dengan berlangganan sehingga kami dapat terus berjalan,” sambung Lai.
Lai telah lama dikecam sebagai pengkhianat oleh media pemerintah China dan dinobatkan sebagai salah satu sosok di balik aksi protes yang meletus tahun lalu untuk menentang Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dapat memindahkan tersangka tindak kriminal ke China daratan.
Dia telah ditangkap beberapa kali dengan tuduhan berbeda, termasuk dugaan ikut serta dalam perkumpulan massa tanpa izin.