Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat setidaknya ada empat pengembang ventilator yang memiliki kemungkinan tinggi untuk memproduksi ventilator di dalam negeri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyayangkan tidak adanya pabrikan alat kesehatan lokal yang memproduksi ventilator. Alhasil, lanjutnya, peningkatan kapasitas produksi ventilator di dalam negeri pun menjadi tidak mungkin lantaran tidak adanya cetak biru produk maupun penyedia bahan baku ventilaator di dalam negeri.
"Dengan adanya Covid-19 ini, terbukalah mata bagi kita semua bahwa pentingnya kita membangun kekuatan industri alat kesehatan. Jelas arahan Presiden bahwa Indonesia dalam jangka menengah, apalagi panjang, harus mandiri di sektor [industri] kesehatan," katanya dalam dialog jarak jauh "Ngopi Bareng Menteri Perindustrian", Selasa (21/4/2020).
Agus optimistis pabrikan ventilator di dalam negeri akan memiliki kapasitas produksi sekitar 12.000 unit ventilator per bulan pada Mei 2020. Sampai saat ini ada empat entitas hasil perkawinan antara perguruan tinggi dan pabrikan alat kesehatan.
Pertama, pengembang dari Universitas Indonesia (UI) dengan jumlah mitra pabrikan sebanyak empat unit saat ini sedang dalam tahap uji produk. Adapun, tim pengembang UI berencana memproduksi 800 unit ventilator transport berbasis sistem pneumatic pada pertengahan April 2020.
Kedua, pengembang dari Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan sekolah menengah kejuruan (SMK) dan tiga unit pabrikan yakni PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, dan PT Pindad. Tim pengembang dari ITB berencana memproduksi ventilator untuk unit gawat darurat (UGD) sebanyak 10.100 unit per bulan.
Baca Juga
Kemenperin mencatat kerja sama antara tim pengembang ITB dengan SMK telah dalam tahap persiapan produksi dan akan memulai produksi 100 unit ventilator per bulan pada April 2020. Sementara itu, kerja sama dengan tiga badan usaha milik negara masih dalam tahap perencanaan dan diperkirakan dapat memulai produksi 10.000 unit ventilator pada pertengahan April 2020.
Ketiga, pengembang dari Institus Teknologi Sepuluh November Suraaya (ITS) yang masih mencari mitra industri. Adapun, tim ini berencana memproduksi low cost protable ventilator tipe emergency.
Tim pengembang dari Surabaya tersebut tercatat telah memproduksi prototipe yang telah lulus uji kontrol parameter dan performa. Adapun, prototipe ventilator dari ITS akan melakukan pengujian durability seraya mencari mitra industri.
Keempat, pengembang dari Yogyakarta yang beranggotakan Universitas Gadjah Mada, PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI), PT STECHOQ, dan PT Swayasa Prakarsa. Ventilator yang akan diproduksi merupakan ventilator berkualitas tinggi atau computerizd control emergency ventilator dan ICU ventilator.
Kedua jenis ventilator tersebut sedang dalam tahap pembuatan prototipe. Adapun, kedua jenis ventilator tersebut direncanakan akan diproduksi oleh PT YPTI dan PT Swayasa Prakarsa dengan kapasitsa produksi 600 unit per bulan pada pertengahan Mei 2020.
Bahan Baku
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Alat Kesehatan (Aspaki) Ahyahudin Sodri menjelaskan setidaknya sebuah ventilator terdiri dari tiga bahan baku, yakni pneumatic/valve system, electronic/control system, dan patients tubing system. Sampai saat ini bahan baku yang tersedia hanya electronic/control system.
"Kalaupun kapasitas line production-nya siap, masih jadi pertanyaan apakah komponen-komponen produksi tersebut tersedia atau tidak. Memang sudah ada inisiatif dari Kementerian BUMN dan Kementerian Perindustrian untuk membantu ketersediaan suku cadang," katanya kepada Bisnis akhir pekan lalu.
Seperti diketahui, Kementerian Kesehatan mendata pada akhir kuartal I/2020 jumlah ventilator di Indonesia berjumlah 8.413 unit yang tersebar di 2.867 fasilitas.
Setelah data tersebut rilis, pemerintah melalui Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sempat mengklaim sudah menambah pasokan sekitar 8.500 unit pada awal April 2020.
Sebuah studi di Wuhan, China, yang dipublikasikan di jurnal ilmiah The Lancet pada Sabtu (15/2/2020), menyimpulkan bahwa sekitar 60 persen dari pasien ICU di rumah sakit membutuhkan ventilator. Studi dengan kesimpulan tak beda jauh juga sempat diterbitkan Intensive Care National Audit & Research Centre (ICNARC) menyoal kejadian di Inggris