Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gunung Anak Krakatau Erupsi, BMKG: Lebih Lemah dari Desember 2018

Kondisi itu sesuai dengan hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG ketika terjadi erupsi dan menunjukkan tidak ada aktivitas seismik.
Letusan Gunung Anak Krakatau terlihat dari foto udara yang diambil dari pesawat Cessna 208 B Grand Caravan milik Maskapai SusiAir di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Bisnis/Nurul Hidayat
Letusan Gunung Anak Krakatau terlihat dari foto udara yang diambil dari pesawat Cessna 208 B Grand Caravan milik Maskapai SusiAir di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi pada Jumat 10 April 2020 pukul 21.58 WIB dan 22.35 WIB lebih rendah dibandingkan dengan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengungkapkan kondisi tersebut sesuai dengan hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG ketika terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau yang menunjukkan tidak ada aktivitas seismik.

“Sehingga erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu,” kata Rahmat dalam siaran pers pada Sabtu (11/4/2020).

Dia menuturkan hasil analis BMKG terkait gempa tersebut adalah telah terjadi gempa tektonik di Selat Sunda dengan magnitudo 2,4 dan episenter terletak pada koordinat 6.66 LS dan 105,14 BT atau berada tepat di laut pada jarak 70 km arah selatan barat daya Gunung Anak Krakatau dengan kedalaman 13 km.

Gempa dengan kekuatan magnitudo 2.4 tersebut, lanjutnya juga tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat.

Sebelumnya diberitakan, letusan dari erupsi Gunung Anak Krakatau kemarin dinilai jauh lebih kuat bila dibandingkan dengan kejadian serupa pada 22 Desember 2018.

Saat itu erupsi Gunung Anak Krakatau diikuti runtuhnya sebagian material ke laut lalu memicu tsunami yang menelan korban ratusan jiwa.

Hal itu terungkap dalam laporan Volcanodiscovery yang melalui laman resminya menunjukkan tinjauan berbasis citra satelit yang diolah VAAC Darwin.

Satu dari sembilan Volcanic Ash Advisory Centres di dunia itu melaporkan bahwa letusan Gunung Anak Krakatau pada 10 April melontarkan debu dan asap sulfur dioksida (SO2) hingga setinggi 15 kilometer.  Kolom debu dan asap itu bergerak ke arah barat laut.

"Letusan itu terpantau satelit dan dua kamera web di darat (di pulau gunung api itu dan di pantai berjarak 40 kilometer dari gunung). Mereka mendeteksi hot spot peningkatan suhu dari aktivitas magma yang terjadi serta pijaran lava yang kuat dari kawah gunung itu."

Setelah Desember 2018, beberapa letusan erupsi Gunung Anak Krakatau juga terjadi di antara keduanya, termasuk pada 25 Maret 2020.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yudi Supriyanto
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper