Bisnis.com, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat tidak ada anomali yang terjadi pada permukaan laut ketika terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (10/4/2020), pukul 21.58 WIB dan 22.35 WIB.
Gempa dengan magnitudo 2,4 itu memiliki episenter pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT, tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya Gunung Anak Krakatau pada kedalaman 13 km.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengungkapkan masyarakat tidak perlu khawatir dengan dentuman yang beberapa kali terdengar sejak malam hingga pukul 06.00 WIB lantaran tidak ada aktivitas gempa tektonik berkekuatan signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
“Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo 2,4 tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik,” kata Rahmat dalam siaran pers pada Sabtu (11/4/2020).
Dia menjelaskan hasil monitoring mulai laut menggunakan Tide Gauge di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00 WIB.
Sementara itu, hasil monitoring muka laut menggunakan Radar Wera yang berlokasi di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten juga menunjukkan tidak ada anomali muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00 WIB.
“Sehingga berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan Tide Gauge dan Radar Wera menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu terjadinya tsunami,” katanya.
Dia melanjutkan hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG tepat pada saat terjadinya erupsi yaitu pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB menunjukkan bahwa sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.
Kondisi ini menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini - berdasarkan catatan sensor BMKG - lebih lemah dibandingkan dengan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018.
“Ada satu hal menarik terkait hasil monitoring seismik oleh BMKG di mana pada pukul 22.59 hingga 23.00 WIB beberapa sensor seismik BMKG baik existing dan sensor baru yang dipasang tahun 2019 mencatat adanya event gempa di Selat Sunda dengan sangat baik,” katanya.