Bisnis.com,JAKARTA— Chief Executive Hong Kong Carrie Lam mengumumkan paket stimulus senilai US$17,7 miliar untuk mendukung perekonomian kota yang memburuk akibat penyebaran COVID-19.
Paket stimulus yang dikeluarkan akan mencakup program keamanan kerja senilai 80 miliar dolar Hong Kong untuk mensubsidi 50 persen upah bagi pekerja yang terdampak selama enam bulan. Lam dan para petinggi lainnya akan mengurangi gaji mereka 10 persen selama satu tahun.
Otoritas Moneter Hong Kong akan menyesuaikan sejumlah kebijakan untuk memungkinkan perbankan memberikan pinjaman dengan total fasilitas 1 triliun dolar Hong Kong. Bank sentral juga akan memberikan principal moratorium untuk periode tertentu serta langkah spesifik lainnya agar likuiditas yang dibutuhkan tersedia.
"Ketika kami menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, pemerintah harus merespons dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Lam dilansir melalui Bloomberg, Kamis (9/4/2020).
Pemerintah Hong Kong terus berada dalam tekanan untuk menambah dukungan bagi perekonomian yang telah menuju resesi setelah beberapa bulan sebelumnya menghadapi kerusuhan politik. Kini, beban itu bertambah dengan adanya tekanan dari penyebaran COVID-19.
Pada Februari 2020, Pemerintah Hong Kong telah mengumumkan anti-epidemic fund senilai 30 miliar dolar Hong Kong dan paket bantuan senilai 120 miliar dolar Hong Kong dalam anggaran tahunan. Dana itu difokuskan untuk pemberian 10.000 dolar Hong Kong kepada semua penduduk tetap yang berusia 18 tahun ke atas.
Baca Juga
Ekonom Senior Oxford Economics di Hong Kong Tommy Wu mengatakan kebijakan itu akan menjadi langkah ke depan oleh pemerintah untuk membantu usaha kecil menengah (UKM) agar dapat bertahan. Selain itu, stimulus tersebut dapat mencegah gelombang besar pengangguran dan mendukung kelompok berpenghasilan rendah.
“Sepertinya ini cukup besar untuk menutupi banyak pekerja yang telah terkena wabah virus,” ujar Wu.
Cadangan Pemerintah Hong Kong diperkirakan akan turun hingga 800 miliar dolar Hong Kong. Namun, keuangan diklaim masih sehat dan tidak ada rencana segera mengeluarkan utang tambahan.