Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Covid-19, Lebih dari 1 Miliar Pekerja Terancam Kehilangan Pekerjaan

Sebanyak lebih dari 1 miliar pekerja terancam mengalami pemotongan upah ataupun kehilangan pekerjaan akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Pekerja FedEx melakukan bongkar muat barang di New York/ Bloomberg - Michael Nagle
Pekerja FedEx melakukan bongkar muat barang di New York/ Bloomberg - Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Sebanyak lebih dari 1 miliar pekerja terancam mengalami pemotongan upah ataupun kehilangan pekerjaan akibat dampak pandemi Covid-19

Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), wabah virus corona memiliki dampak yang “mendalam, jauh jangkauannya, dan belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap pekerjaan. Imbasnya, lebih dari 1 miliar pekerja berisiko tinggi mengalami potongan gaji bahkan kehilangan pekerjaan mereka.

Dengan tutupnya pabrik, sekolah, dan toko di seluruh dunia, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu mengatakan langkah lockdown yang diterapkan oleh banyak negara memengaruhi hampir 2,7 miliar pekerja.

Sebanyak 1,25 miliar di antara jumlah itu dinilai sangat rentan, terutama yang bergulat di sektor hotel, jasa makanan, manufaktur, dan ritel. Angka ini sebanding dengan sekitar 38 persen dari tenaga kerja global.

“Para pekerja ini menghadapi pengurangan jam kerja yang drastis dan menghancurkan, pemotongan upah, dan PHK,” papar ILO pada Selasa (7/4/2020), seperti dilansir dari Bloomberg.

Ini adalah prediksi terbaru dalam serangkaian peringatan yang semakin nyaring tentang dampak sosial ekonomi dari langkah-langkah yang dirancang untuk menghentikan penyebaran corona.

Pemerintah negara-negara di penjuru dunia sudah menghabiskan miliaran demi berupaya melindungi dampak terhadap perusahaan-perusahaan dan karyawan-karyawan mereka.

“Bisnis-bisnis di berbagai sektor ekonomi menghadapi kerugian besar, yang mengancam operasi dan solvabilitas mereka. Respons kebijakan perlu fokus pada pemberian bantuan segera kepada pekerja dan perusahaan guna melindungi mata pencaharian dan bisnis yang layak secara ekonomi,” lanjut ILO.

Organisasi yang bermarkas di Jenewa ini juga memperkirakan bahwa langkah shutdown akan menyebabkan penurunan jam kerja sebesar 6,7 persen pada kuartal ini, setara dengan 195 juta pekerja penuh waktu.

Laporan tersebut disampaikan di tengah kondisi kehilangan pekerjaan yang tajam di banyak negara mulai dari Inggris hingga Amerika Serikat, di mana tingkat pengangguran mencatat peningkatan terbesar sejak 1975. Tingkat pengangguran diperkirakan akan meningkat lebih jauh, karena banyak toko dan restoran yang tutup belum muncul dalam statistik.

Bisnis-bisnis semacam itu masuk dalam daftar ILO berisikan sektor-sektor yang terkena dampak terburuk.

“Banyak dari mereka yang paling terkena dampak adalah mereka yang sudah menjadi pekerja berupah rendah dan kurang memiliki akses ke perlindungan sosial. Dengan demikian, ini dapat memiliki dampak negatif lebih lanjut pada ketidaksetaraan yang sudah ada,” jelas ILO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper