Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi: Ada Tiga Masalah Utama pada Sistem Pendidikan Indonesia

Tiga masalah itu adalah masih banyaknya persentase siswa berprestasi rendah, siswa yang mengulang, serta ketidakhadiran siswa. Tiga masalah itu Jokowi dapat saat Indonesia mengikuti program PISA.
Siswa SMA Batik 1 Solo mengantre untuk menunjukkan transaksi pembayaran non tunai Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) lewat GoBills di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Selasa (18/2/2020). Pembayaran SPP non tunai tersebut sebagai upaya penerapan digitalisasi sekolah dan mempermudahkan orang tua siswa dalam membayar biaya sekolah./ANTARA FOTO-Maulana Surya
Siswa SMA Batik 1 Solo mengantre untuk menunjukkan transaksi pembayaran non tunai Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) lewat GoBills di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Selasa (18/2/2020). Pembayaran SPP non tunai tersebut sebagai upaya penerapan digitalisasi sekolah dan mempermudahkan orang tua siswa dalam membayar biaya sekolah./ANTARA FOTO-Maulana Surya

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melihat tiga masalah utama dalam sistem pendidikan Indonesia yang perlu diatasi. Hal ini dia sampaikan dalam rapat terbatas soal strategi peningkatan peringkat Indonesia dalam Programme for International Student Assesment (PISA) melalui video conference, Jumat (3/4/2020).

Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia telah mengikuti survei PISA selama 7 putaran sepanjang periode 2010 hingga 2018. Dari survei tersebut, ada tiga masalah utama yang perlu menjadi perhatian.

Satu di antaranya adalah persentase siswa berprestasi rendah masih cukup besar. Meskipun pemerintah telah meningkatkan akses pendidik anak usia 15 tahun, tetapi prestasi siswa masih harus dibenahi.

“Masih perlu upaya lebih besar untuk menekan siswa berprestasi rendah, ditekan hingga di kisaran 15-20 persen di 2030,” kata Presiden.

Selain itu, presiden juga mencatat persentase siswa mengulang kelas masih tinggi. Indonesia mencatat rasio sebesar 16 persen atau lebih tinggi sekitar 5 persen dibandingkan dengan capaian rata-rata Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

Survei tersebut juga menunjukkan ketidakhadiran siswa di kelas masih tinggi. Mengacu pada PISA, Indonesia memerlukan langkah-langkah perbaikan menyeluruh baik dari segi regulasi, anggaran infrastruktur, manajemen sekolah, kualitas guru dan beban administrasi guru.

“Ini berkali-kali saya tekankan, mengenai beban administrasi guru. Guru tidak fokus kegiatan belajar mengajar tapi lebih banyak dipakai utk hal-hal yang berkaitan dengan administrasi,” lata Presiden.

Jokowi juga meminta untuk perbaikan proses belajar mengajar dengan mengoptimalkan peran teknologi. Selain itu penting pula untuk memperbaiki lingkungan belajar siswa, termasuk di antaranya motivasi belajar dan menekan perundungan di sekolah.

“Survei PISA dan juga evaluasi UN terdapat hubungan kuat antara kondisi sosial ekonomi siswa dengan capaian hasil UN atau skor nilai PISA,” katanya.

Sementara itu, menurut hasil survei PISA, Presiden mengklaim selama 18 tahun terakhir sistem pendidikan di Indonesia menjadi lebih inklusif, terbuka, dan memberikan akses yang lebih baik kepada masyarakat. Namun ada 3 bidang kompetensi yang justru menurun.

Kemampuan membaca siswa Indonesia mencatat skor 371 pada posisi 74. Kemampuan matematika (379) dengan posisi 73 dan kemampuan sains (396) pada posisi 71.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Andya Dhyaksa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper