Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertekan Corona, Maskapai Global Himpun Pinjaman US$17 Miliar

Operator penerbangan di AS menjadi yang paling aktif meminjam dan sejauh ini meraup total US$12,5 miliar.
Pesawat Singapore Airlines terbang melewati pesawat Scoot di Singapore Airshow, Changi Exhibition Center, Singapura pada Februari 2016./Reuters-Edgar Su
Pesawat Singapore Airlines terbang melewati pesawat Scoot di Singapore Airshow, Changi Exhibition Center, Singapura pada Februari 2016./Reuters-Edgar Su

Bisnis.com, JAKARTA - Maskapai penerbangan global, salah satu industri paling terpukul di tengah krisis corona, telah mengumpulkan lebih dari US$17 miliar pinjaman bank sepanjang Maret 2020 untuk menopang kondisi keuangan.

Dilansir Bloomberg, Senin (30/3/2020), menurut data yang dikumpulkan, operator penerbangan di AS menjadi yang paling aktif meminjam dan sejauh ini meraup total US$12,5 miliar.

Delta Air Lines Inc. adalah peminjam teratas bulan ini, mengantongi US$5,6 miliar, diikuti oleh Singapore Airlines, yang memperoleh pinjaman senilai 4 miliar dolar Singapura atau US$2,8 miliar, dan United Airlines Holdings Inc., yang mengumpulkan US$2,5 miliar.

Industri penerbangan telah mengajukan pinjaman baru atau menggunakan fasilitas kredit yang dimiliki sebelum krisis ini terjadi.

Sementara itu, perusahaan di semua industri secara global telah mengumpulkan lebih dari US$230 miliar dari bank komersial sejak awal Maret sebagai tanggapan terhadap virus.

Data menunjukkan, sebelas maskapai lain, termasuk British Airways Plc dan Etihad Airways PJSC, memiliki fasilitas kredit gabungan sekitar US$8 miliar yang mungkin belum digunakan. Industri penerbangan meminta masing-masing pemerintah untuk mengucurkan bantuan, termasuk maskapai penerbangan yang berbasis di Jerman, Thailand, dan AS.

Di AS, industri penerbangan mendapat jatah US$61 miliar dari total stimulus US$2 triliun yang disetujui Presiden Donald Trump pekan lalu. Maskapai penerbangan AS akan mendapat akses ke fasilitas pinjaman federal. Selanjutnya, jika perusahaan bersedia melepas sebagian sahamnya pada pemerintah, akan ada bantuan tunai langsung di bawah anggaran stimulus virus corona yang disepakati oleh anggota parlemen dan Gedung Putih.

Maskapai penerbangan yang memenuhi syarat akan menerima total US$25 miliar dukungan gaji. Sedangkan perusahaan kargo mendapat jatah US$4 miliar dan kontraktor penerbangan akan menerima US$3 miliar. Sementara itu, bandara akan mendapatkan US$10 miliar dalam bentuk hibah.

Kesepakatan itu juga mencakup pinjaman senilai US$17 miliar yang diperuntukkan bagi perusahaan yang dianggap penting bagi keamanan nasional, salah satunya Boeing Co. Namun Toomey mengatakan bahwa bagian dana itu tidak hanya untuk Boeing.

Sementara itu, di tengah gelombang karantina dan pembatasan perjalanan di seluruh dunia, sejumlah maskapai ramai-ramai memarkir armadanya. Dilansir The National, jumlah pesawat yang diparkir dan tak beroperasi di seluruh dunia telah mencapai 8.500 sejak awal 2020. Menurut data perusahaan riset penerbangan Cirium, jumlah terbesar berada di Eropa. Di Timur Tengah, sekitar 700 pesawat disimpan di sekitar 30 lokasi.

Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal International Air Transport Association (IATA) mengatakan gelombang parkir pesawat ini menciptakan masalah yang tidak sederhana.

"Kami harus menutup landasan pacu dan mengubahnya menjadi tempat parkir," katanya.

Tantangan itu menambah runyam persoalan likuiditas keuangan yang kini dihadapi industri ini. Menurut IATA, maskapai penerbangan global diperkirakan akan merugi sekitar US$252 miliar dalam pendapatan penumpang tahun ini, turun 44 persen dari 2019 karena permintaan perjalanan udara diperkirakan menyusut 38 persen pada 2020.

Ketika maskapai mengurangi kapasitas, operator mencari ruang untuk menyimpan pesawat. Sedangkan pesawat parkir di bandara adalah operasi yang rumit dan mahal secara logistik.

Terlebih lagi, maskapai juga harus memastikan perawatan pesawat tetap dilakukan agar armada-armada tersebut dapat kembali beroperasi ketika penerbangan kembali dibuka.

Uni Emirat Arab, pusat transit di kawasan Timur Tengah menghentikan semua penerbangan penumpang mulai 25 Maret 2020 selama dua minggu. Sementara Arab Saudi mengatakan pihaknya memperpanjang penangguhan semua penerbangan penumpang internasional dan domestik tanpa batas di tengah tindakan pencegahan tinggi untuk menahan penyebaran pandemi. Kuwait dan Yordania juga telah menangguhkan semua penerbangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper