Bisnis.com, JAKARTA — Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi meminta maaf kepada rakyat India setelah menerapkan kebijakan sweeping dalam lockdown yang dijadwalkan berlangsung selama 21 hari.
BBC melansir Minggu (29/3/2020) waktu setempat, Modi meminta maaf atas dampak dari kebijakan lockdown ketat yang ditetapkannya. Namun, dia menyatakan tidak ada cara lain untuk menghentikan penyebaran virus corona yang sangat cepat.
"Terutama ketika saya melihat saudara-saudara saya yang miskin, saya merasa yakin mereka pasti berpikir, PM macam apa yang menempatkan kita dalam kesulitan ini? Saya terutama meminta maaf kepada mereka," papar Modi.
Dalam kebijakan lockdown yang berlangsung sejak Selasa (24/3), warga India dilarang meninggalkan rumah mereka selama 3 pekan. Seluruh kegiatan bisnis yang tidak esensial ditutup dan hampir semua aktivitas berkumpul warga dilarang.
Hal ini memicu warga perantau di kota-kota besar untuk kembali ke kampung halaman mereka. Tak sedikit yang memilih berjalan kaki karena transportasi dihentikan.
India telah mengumumkan bantuan sebesar US$22 miliar untuk membantu rakyat miskin, termasuk dalam bentuk pangan dan uang tunai.
Baca Juga
Bloomberg melaporkan Pemerintah India juga meminta tiap negara bagian untuk mengkarantina pekerja migran selama 14 hari dan mencegah pergerakan orang di perbatasan. Para pekerja migran akan ditampung di fasilitas karantina milik negara.
Mengacu ke data Johns Hopkins CSSE, yang mengumpulkan data dari World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, dan komisi kesehatan China, per Senin (30/3) pukul 01.45 WIB, jumlah kasus positif COVID-19 di negara Asia Selatan itu tercatat sebanyak 1.024.