Bisnis.com, JAKARTA – Penyebaran virus corona yang terus meningkat di berbagai negara telah mengakibatkan kekurangan sarung tangan di dunia.
Terlebih Malaysia, negara dengan produksi sarung tangan terbesar melakukan sejumlah upaya yang berdampak terhadap penurunan jumlah produksi alat medis itu.
Asosiasi sarung tangan di negara tersebut, yang anggotanya membuat tiga dari lima sarung tangan di seluruh dunia, memperingatkan tentang kekurangan global dari peralatan medis kritis karena pabrik terpaksa mengurangi stafnya akibat langkah lockdown yang dilakukan pemerintah.
Top Glove Corp, produsen sarung tangan terbesar didunia mengatakan permintaan dari Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara lainnya telah melampaui kapasitas produksi perusahaannya setelah pemenuhan pesanan berjalan hingga 4 bulan.
Sebagaimana diketahui, Malaysia telah membatasi pergerakan di seluruh negeri dan memerintahkan banyak bisnis untuk tutup sementara. Pemerintah mengimbau masyarakatnya untuk sebanyak mungkin melakukan pekerjaan di rumah sebagai upaya pencegahan penularan virus.
Ini juga termasuk bagi para pengusaha sarung tangan medis yang hanya diperbolehkan mengisi parbikan dengan 50 persen orang. Akan tetapi, sejumlah perusahaan berencana untuk bertemu dengan pejabat kementerian untuk meminta persetujuan operasional dengan tenaga kerja penuh.
Baca Juga
“Permintaan hari ini tidak normal. Rumah sakit kehabisan sarung tangan. Kami tidak dapat memasok jumlah yang kami inginkan. Itu bukan pilihan kami,” kata Denis Low, presiden asosiasi pembuat sarung tangan Malaysia seperti dikutip Bloomberg, Jumat (27/3).
Dia mengatakan anggota asosiasi akan bertemu dengan Azmin Alin, menteri senior perdagangan dan industri untuk meminta pembebasan tambahan. Industri Malaysia memasok sekitar 67 persen permintaan global yakni sebanyak 345 miliar unit per tahun.
Menurutnya, bahkan dengan kapasitias produksi penuh yang dilakukan, produsen Malaysia tidak akan dapat memenuhi seluruh permintaan dan kebutuhan pasar dunia saat ini. Top Glove mengatakan pihaknya mencatat permintaan sekitar 2,6 miliar unit per minggu.