Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Virus Corona, Negara Eropa Bakal Menutup Semua Sekolah dan Universitas

Italia diketahui menutup semua sekolah dan universitasnya hingga 15 Maret 2020, untuk mencegah penyebaran virus corona.
Para tentara memeriksa identitas orang-orang di sebuah pos pemeriksaan di wilayah Lombardia, Italia, pada 27 Februari 2020. Foto: Antara dari Xinhua
Para tentara memeriksa identitas orang-orang di sebuah pos pemeriksaan di wilayah Lombardia, Italia, pada 27 Februari 2020. Foto: Antara dari Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara Eropa akan mengambil langkah penanganan yang sama ekstrimnya seperti yang dilakukan Italia, setelah negara itu mengalami lonjakan tajam pada kasus virus corona dengan penutup fasilitas pendidikan. Italia diketahui menutup semua sekolah dan universitasnya hingga 15 Maret 2020, untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Sekitar 16 juta orang di sekitar Venesia dan pusat keuangan di Milan, Italia, kini dalam isolasi di rumah masing-masing. Selain itu, bioskop, teater, dan museum akan ditutup secara nasional. Cuti bagi petugas kesehatan juga telah dibatalkan setelah Perdana Menteri Giuseppe Conte menyatakan Italia tengah berada pada keadaan darurat nasional.

Kanselir Austria, Sebastian Kurz mengatakan situasi di negaranya yang telah melaporkan 99 kasus Covid-19 berada di bawah kendali dengan langkah penanganan yang sesuai. Kurz mengatakan bahwa para pemimpin Uni Eropa dan para menteri kesehatan telah berkoordinasi dalam rangka penanganan epidemi ini.

Menurut catatan Johns Hopkins sejauh ini, wabah ini telah menginfeksi lebih dari 107.000 orang di seluruh dunia dan merenggut 3.650 nyawa.

"Penting untuk memutuskan langkah mana yang harus diambil. Anda dapat menutup sekolah selama satu atau dua minggu dan ini sangat diperlukan di Italia. Itu akan terjadi di negara-negara Eropa lainnya. Pertanyaan yang menentukan adalah kapan melakukannya," kata Kurz dilansir The Guardian, Senin (9/3/2020).

Dia melanjutkan, kesulitannya yakni menyeimbangkan antara kebutuhan untuk mencegah penyebaran virus dengan kerugian ekonomi yang ditimbulkan.

"Anda harus mempertimbangkan dengan hati-hati kapan harus mengambil langkah-langkah ini, karena ekonomi nasional tidak dapat menangani ini terlalu lama," lanjutnya.

Sementara itu, Komisaris Uni Eropa untuk pasar tunggal, Thierry Breton, mengatakan negara-negara Benua Biru masing-masing bertindak sesuai dengan data terbaru yang tersedia di negara mereka.

"Virus ini telah menyebar lebih cepat di beberapa tempat daripada di tempat lain, jadi tentu saja ukuran di setiap tempat berbeda," ujarnya.

Kebijakan isolasi di Italia masih memungkinkan warga termasuk wisatawan, yang berada di daerah terdampak untuk sementara kembali ke rumah. Perbatasan Italia dengan Austria, Swiss, dan Slovenia tetap terbuka, tetapi Alitalia, maskapai penerbangan nasional, menangguhkan semua penerbangan nasional dan internasional dari bandara Milan Malpensa.

Di AS, Anthony Fauci, Kepala Unit Penyakit Menular di National Institutes of Health, mengatakan orang Amerika, dan khususnya mereka yang rentan, harus berhenti menghadiri pertemuan besar. Karantina skala besar juga tidak bisa dikesampingkan.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan apresiasinya terhadap upaya Roma setelah pemerintahnya menerbitkan dekrit yang melarang orang memasuki atau meninggalkan Italia utara sampai 3 April 2020.

Paus Fransiskus menyatakan solidaritas terhadap para korban virus dalam sebuah doa dan pesan yang disiarkan langsung dari Vatikan. Di tempat lain di Eropa, Prancis mengkonfirmasi 1.126 kasus dan 16 kematian. Menteri kesehatan Prancis Olivier Véran mengumumkan larangan semua pertemuan yang melibatkan lebih dari 1.000 orang. Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn juga menyerukan hal yang sama.

Adapun Bulgaria telah melaporkan kasus pertamanya. Sedangkan Spanyol mengkonfirmasi 589 kasus dan 17 kematian. Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa, dikarantina di kediamannya setelah kasus virus corona terdeteksi di sekolah yang muridnya dideteksi. Portugal sejauh ini mencatatkan 25 kasus dan Belgia mengkonfirmasi 200 kasus. Hampir 50 dari 3.000 staf Uni Eropa, yang menjadi tuan rumah pertemuan menteri dan KTT blok ekonomi disarankan untuk tinggal di rumah.

Di Iran, 49 kematian baru dilaporkan pada Minggu, 8 Maret 2020. Angka itu menjadikan jumlah kematian di negara itu menjadi 194 dan total 6.566 kasus.

Di AS, epidemi telah menyebar ke 30 negara bagian dan menewaskan sedikitnya 19 orang. Sementara itu, para penumpang Kapal Pesiar AS Grand Princess telah diperiksa dan banyak diantaranya yang dinyatakan positif. Sebanyak 3.533 penumpang di atas kapal, yang akan diizinkan untuk berlabuh di Oakland, California, hari ini, telah dikarantina di kabin masing-masing. Kapal pesiar lain yang membawa 2.000 orang, Costa Fortuna, ditolak oleh Malaysia dan Thailand.

Sementara itu, Kolombia dan Costa Rica melaporkan kasus virus pertama mereka selama akhir pekan dan seorang pria berusia 64 tahun meninggal di Argentina, menandai kematian virus corona pertama di Amerika Latin.

Di Asia, jumlah infeksi di Korea Selatan melewati 7.000. Di China, hanya ada 44 kasus baru dilaporkan kemarin, terendah dalam beberapa minggu. Hampir semuanya berada di Wuhan, pusat wabah dan sisanya diimpor dari luar negeri, termasuk Italia dan Spanyol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper