Bisnis.com, JAKARTA - Partai-partai politik di Malaysia kini tengah bergejolak pasca-mundurnya Mahathir Mohamad dari kursi Perdana Menteri. Pasalnya, Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, merestui—meski dalam masa transisi pemilihan, Mahathir tetap ditunjuk sebagai perdana menteri sementara.
Namun, konsekuensi dari direstuinya pengunduran diri itu adalah, kabinet Mahathir usai juga. Tak ada yang tahu pasti alasan pengunduran Mahathir ini.
Namun, banyak spekulasi yang mengatakan bahwa keputusan Mahathir itu tak lepas dari konstelasi politik Malaysia akhir-akhir ini. Yakni menguatnya partai oposisi pemerintahan Mahathir, Barisan Nasional.
Kondisi terakhir ini pula yang membuat Mahathir memutuskan untuk mundur dari partainya, Parti Pekatan Harapan (PH).
Pada Selasa (25/2/2020) sore, Mahathir pun bertemu sejumlah ketua partai di Malaysia. Beberapa di antaranya adalah Abdul Rahman Zohari (Ketua Gabungan Partai Serawak/GPS), Sri Muhyiddin Yassin (Ketua Partai Bersatu), dan Anwar Ibrahim (Partai Keadilan Rakyat/PKR).
Lalu ada pula Lim Guan Eng (Partai Aksi Demokratis/DAP), Ahmad Zahid Hamidi (Organisasi Nasional Melayu Bersatu/UMNO), Abdul Hadi Awang (Partai Islam Se-Malaysia/PAS), dan terakhir Mohammad Sabu (Amanah).
Baca Juga
Kenyataan Akhbar: Perjumpaan YAB Perdana Menteri dengan Ketua-Ketua Parti Politik pic.twitter.com/jgGiYen8jc
— Dr Mahathir Mohamad (@chedetofficial) February 25, 2020
“Politisi (oposisi) kini memiliki jalan tembus untuk membentuk pemerintahan baru, dan oposisi kini sedang memburu dukungan ke sejumlah pihak,” tulis analisis The Guardian.
“”Bagi pemerintah, (untuk menyelamatkan pemerintahan), koalisi minimun harus memperoleh 112 suara dari total 222 anggota parlemen.”
Selain menemui para pemimpin partai politik yang disebut di atas, Mahathir juga akan menemui Dato Seri Azmin Ali, wakil presiden PKR. Sedangkan pada esok, Rabu (26/2/2020), PM berusia 94 tahun itu akan menemui Presiden Partai Warisan, Datuk Seri Mohd Shafie Apdal.