Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Mayapada Puji Anies Soal Penanganan Banjir, Ini Faktanya

Komisaris Utama Mayapada Group Dato Sri Tahir memuji kerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait penanganan banjir.
Sejumlah anak bermain saat banjir menutup terowongan di jalan Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta, Jumat (24/1/2020). Banjir di kawasan tersebut diakibatkan intensitas hujan yang tinggi dan drainase yang buruk. /Antara
Sejumlah anak bermain saat banjir menutup terowongan di jalan Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta, Jumat (24/1/2020). Banjir di kawasan tersebut diakibatkan intensitas hujan yang tinggi dan drainase yang buruk. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperoleh pujian dari Komisaris Utama Mayapada Group Dato Sri Tahir terkait penanganan banjir.

Dalam kesempatan berkunjung ke Balai Kota DKI Jakarta untuk memberikan bantuan sarana-prasarana dalam mendukung program Jakpreneur, Jumat (21/2/2020), Tahir menceritakan awal pertemuannya dengan Anies.

Tahir mengaku bertanya secara langsung terkait banjir Jakarta pada awal tahun 2020 ke Anies, "Kemudian bapak gubernur menjelaskan penanganan banjir, dan saya agak surprise, agak lain dengan yang ada di media sosial bahwa gubernur DKI Jakarta tidak baik dalam menangani banjir, i think it's wrong," jelasnya ketika memberikan sambutan.

"Setelah Pak gubernur menjelaskan dan saya sangat terkesan. Ternyata masa surutnya banjir jauh lebih cepat. Saya bilang, 'Pak Gubernur, ini perlu lebih diberitahukan kepada masyarakat' bahwa penanganan banjir di Jakarta di bawah Gubernur Jakarta, Pak Anies, saya kira tidak kalah dari gubernur-gubernur sebelumnya," tambahnya.

Menurut catatan Bisnis, data perbandingan banjir-banjir besar di Jakarta memang menunjukkan hal tersebut. Berikut data banjir terbesar dalam beberapa tahun terakhir yang tercatat dalam angka:


2002

Curah Hujan: 168

RW tergenang: 353

Luas Area Tergenang: 168 km2

Jumlah Pengungsi: 154.270

Korban Meninggal: 32

Waktu Surut Sampai 95 persen: 6 hari


2007

Curah Hujan: 340

RW tergenang: 955

Luas Area Tergenang: 455 km2

Jumlah Pengungsi: 276.333

Korban Meninggal: 48

Waktu Surut Sampai 95 persen: 10 hari


2013

Curah Hujan: 100

RW tergenang: 599

Luas Area Tergenang: 240 km2

Jumlah Pengungsi: 90.913

Korban Meninggal: 40

Waktu Surut Sampai 95 persen: 7 hari


2015

Curah Hujan: 277

RW tergenang: 702

Luas Area Tergenang: 281 km2

Jumlah Pengungsi: 45.813

Korban Meninggal: 5

Waktu Surut Sampai 95 persen: 7 hari


2020

Curah Hujan: 377

RW tergenang: 390

Luas Area Tergenang: 156km2

Jumlah Pengungsi: 31.232

Korban Meninggal: 19

Waktu Surut Sampai 95 persen: 4 hari

Bos Mayapada Puji Anies Soal Penanganan Banjir, Ini Faktanya

Situasi banjir di Bendungan Hilir Jakarta Pusat Rabu (1/1/2020). - Bisnis/Abdullah Azzam

Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Joga menanggapi, masih banyaknya daerah-daerah yang terdampak Banjir Jakarta pada Januari-Februari 2020 menunjukkan bahwa sistem drainase Jakarta masih buruk, belum optimal, dan tak mampu menampung luapan air hujan tingkat sedang-deras.

Menurutnya, Pemprov harusnya bisa lebih serius memitigasi banjir akibat hujan yang telah terjadi. Terutama, mempersiapkan kondisi saluran air Jakarta agar besar diameternya diperlebar, menghilangkan sumbatan lumpur, sampah, limbah, serta membenahi jaringan utilitas yang tumpang tindih dan tidak terhubung dengan baik antarsaluran air.

"Selain itu saluran air masih banyak yang tersumbat Kegiatan revitalisasi trotoar yang sedang gencar dilakukan Pemprov DKI harus diikuti dengan rehabilitasi saluran air kota dan sekaligus penataan jaringan utilitas secara terpadu," jelasnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Sabtu (22/2/2020).

Nirwono mengapresiasi kesiapan petugas selama proses penyurutan genangan sehingga genangan tuntas dengan cepat. Namun, menurutnya, ada beberapa langkah yang dinilainya tidak dilakukan dengan serius oleh Pemprov DKI.

Di antaranya, pertama, penataan bantaran kali yang belum dilanjutkan lagi secara masif, karena sudah terhenti dua tahun dan tampak tidak ada pembenahan sungai.

"Pusat dan DKI harus segera menyepakati penataannya normalisasi atau naturalisasi atau justru kedua-duanya dipadukan secara harmonis, segera lakukan pembebasan lahan atau relokasi pemukiman warga, pelebaran badan sungai, dan utamakan di yang paling sering kebanjiran seperti di Kali Pesanggrahan dan Kali Ciliwung."


Kedua, optimalkan revitalisasi situ, danau, embung, dan waduk (SDEW) agar cepat dikeruk, diperdalam, atau dilebarkan. Bahkan menurut Nirwono, apabila perlu, Pemprov merelokasi pemukiman warga yg berada tepat di pinggiran SDEW minimal 35-50 m tepi SDEW bebas bangunan.


Ketiga, rehabilitasi saluran air kota bersamaan dengan revitalisasi trotoar yang sedang dikerjakan Pemprov saat ini, "Pastikan berfungsi baik, tidak tersumbat apapun, terhubung baik dan lancar ke seluruh saluran air, dan fokuskan di kawasan yang rawan genangan air," jelas Nirwono.

"Terakhir, optimalkan seluruh ruang terbuka hijau (RTH) kota sebagai daerah resapan air dan daerah penampung air sementara saat hujan deras, dan jangan lupa penambahan RTH secara signifikan," tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper