Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperoleh pujian dari Komisaris Utama Mayapada Group Dato Sri Tahir terkait penanganan banjir.
Dalam kesempatan berkunjung ke Balai Kota DKI Jakarta untuk memberikan bantuan sarana-prasarana dalam mendukung program Jakpreneur, Jumat (21/2/2020), Tahir menceritakan awal pertemuannya dengan Anies.
Tahir mengaku bertanya secara langsung terkait banjir Jakarta pada awal tahun 2020 ke Anies, "Kemudian bapak gubernur menjelaskan penanganan banjir, dan saya agak surprise, agak lain dengan yang ada di media sosial bahwa gubernur DKI Jakarta tidak baik dalam menangani banjir, i think it's wrong," jelasnya ketika memberikan sambutan.
"Setelah Pak gubernur menjelaskan dan saya sangat terkesan. Ternyata masa surutnya banjir jauh lebih cepat. Saya bilang, 'Pak Gubernur, ini perlu lebih diberitahukan kepada masyarakat' bahwa penanganan banjir di Jakarta di bawah Gubernur Jakarta, Pak Anies, saya kira tidak kalah dari gubernur-gubernur sebelumnya," tambahnya.
Menurut catatan Bisnis, data perbandingan banjir-banjir besar di Jakarta memang menunjukkan hal tersebut. Berikut data banjir terbesar dalam beberapa tahun terakhir yang tercatat dalam angka:
2002
Curah Hujan: 168
RW tergenang: 353
Luas Area Tergenang: 168 km2
Jumlah Pengungsi: 154.270
Korban Meninggal: 32
Waktu Surut Sampai 95 persen: 6 hari
2007
Curah Hujan: 340
RW tergenang: 955
Luas Area Tergenang: 455 km2
Jumlah Pengungsi: 276.333
Korban Meninggal: 48
Waktu Surut Sampai 95 persen: 10 hari
2013
Curah Hujan: 100
RW tergenang: 599
Luas Area Tergenang: 240 km2
Jumlah Pengungsi: 90.913
Korban Meninggal: 40
Waktu Surut Sampai 95 persen: 7 hari
2015
Curah Hujan: 277
RW tergenang: 702
Luas Area Tergenang: 281 km2
Jumlah Pengungsi: 45.813
Korban Meninggal: 5
Waktu Surut Sampai 95 persen: 7 hari
2020
Curah Hujan: 377
RW tergenang: 390
Luas Area Tergenang: 156km2
Jumlah Pengungsi: 31.232
Korban Meninggal: 19
Waktu Surut Sampai 95 persen: 4 hari
Situasi banjir di Bendungan Hilir Jakarta Pusat Rabu (1/1/2020). - Bisnis/Abdullah Azzam
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Joga menanggapi, masih banyaknya daerah-daerah yang terdampak Banjir Jakarta pada Januari-Februari 2020 menunjukkan bahwa sistem drainase Jakarta masih buruk, belum optimal, dan tak mampu menampung luapan air hujan tingkat sedang-deras.
Menurutnya, Pemprov harusnya bisa lebih serius memitigasi banjir akibat hujan yang telah terjadi. Terutama, mempersiapkan kondisi saluran air Jakarta agar besar diameternya diperlebar, menghilangkan sumbatan lumpur, sampah, limbah, serta membenahi jaringan utilitas yang tumpang tindih dan tidak terhubung dengan baik antarsaluran air.
"Selain itu saluran air masih banyak yang tersumbat Kegiatan revitalisasi trotoar yang sedang gencar dilakukan Pemprov DKI harus diikuti dengan rehabilitasi saluran air kota dan sekaligus penataan jaringan utilitas secara terpadu," jelasnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Sabtu (22/2/2020).
Nirwono mengapresiasi kesiapan petugas selama proses penyurutan genangan sehingga genangan tuntas dengan cepat. Namun, menurutnya, ada beberapa langkah yang dinilainya tidak dilakukan dengan serius oleh Pemprov DKI.
Di antaranya, pertama, penataan bantaran kali yang belum dilanjutkan lagi secara masif, karena sudah terhenti dua tahun dan tampak tidak ada pembenahan sungai.
"Pusat dan DKI harus segera menyepakati penataannya normalisasi atau naturalisasi atau justru kedua-duanya dipadukan secara harmonis, segera lakukan pembebasan lahan atau relokasi pemukiman warga, pelebaran badan sungai, dan utamakan di yang paling sering kebanjiran seperti di Kali Pesanggrahan dan Kali Ciliwung."
Kedua, optimalkan revitalisasi situ, danau, embung, dan waduk (SDEW) agar cepat dikeruk, diperdalam, atau dilebarkan. Bahkan menurut Nirwono, apabila perlu, Pemprov merelokasi pemukiman warga yg berada tepat di pinggiran SDEW minimal 35-50 m tepi SDEW bebas bangunan.
Ketiga, rehabilitasi saluran air kota bersamaan dengan revitalisasi trotoar yang sedang dikerjakan Pemprov saat ini, "Pastikan berfungsi baik, tidak tersumbat apapun, terhubung baik dan lancar ke seluruh saluran air, dan fokuskan di kawasan yang rawan genangan air," jelas Nirwono.
"Terakhir, optimalkan seluruh ruang terbuka hijau (RTH) kota sebagai daerah resapan air dan daerah penampung air sementara saat hujan deras, dan jangan lupa penambahan RTH secara signifikan," tutupnya.