Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan rumitnya proses evakuasi 237 WNI dari Wuhan, Provinsi Hubei, China, yang menjadi epicentrum penyebaran virus Corona atau Covid-19 beberapa waktu lalu.
Retno mengatakan bahwa melaksanakan dan merencanakan evakuasi dari daerah pusat wabah yang diberlakukan kebijakan lockdown (isolasi) bukanlah hal yang mudah. Ia bahkan mengaku hampir tidak tidur ketika menyiapkan dan memantau proses evakuasi pada 31 Januari 2020 lalu.
"Paling tidak waktu itu 2 malam berturut-turut hampir tidak tidur. Mulai 31 Januari itu, tiap Pak Ari (tim aju dari KBRI Beijing) gerak ke mana, saya cek. Saya agak-agak merinding ini, sampai tim aju masuk perbatasan, Pak Ari kontak, 'Bu, saya dah sampai'. Saya tanya 'sampai berapa jauh lagi' sampai sudah ketemu teman-teman di Wuhan," ungkap Retno saat menerima tim pemulangan WNI dari Wuhan di Kantor Kemenlu, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Retno terus memantau pergerakan tim penjemputan di setiap titik untuk memastikan proses evakuasi berjalan lancar hingga akhirnya ratusan WNI tersebut bisa kembali ke Tanah Air dengan selamat pada Minggu (2/2/2020).
"Belum lagi esok harinya, pesawat ini juga saya pantau sampai di mana, mendarat, dan sebagainya, sampai pergerakan di tiap titik. Itu serunya pada saat kami proses evakuasi," kata Retno.
Perwakilan KBRI Beijing yang menjadi salah satu tim aju evakuasi WNI, Arianto Surojo, mengatakan bahwa proses evakuasi dari Hubei tidak mudah lantaran akses keluar dan masuk provinsi tersebut benar-benar terbatas.
Baca Juga
"Semua memerlukan izin, termasuk landing permit, flight clearance, dan kami menghadapi situasi Hubei yang lockdown. Kami kira lockdown itu hanya orang enggak boleh masuk atau keluar Hubei. Tapi ternyata benar-benar lockdown, tiap area ada road block, jadi mahasiswa enggak boleh keluar kampus, orang dari kabupaten satu ke yang lain enggak boleh lewat," kata Arianto.
Izin proses evakuasi pun membutuhkan negosiasi mulai dari Kemenlu pusat hingga kantor luar negeri di tingkat provinsi dan kabupaten.
Proses evakuasi juga menghadapi tantangan berat karena WNI yang mayoritas merupakan mahasiswa tersebut tersebar di sejumlah titik yang letaknya berjauhan dari kota Wuhan.
"Tantangan terberat mahasiswa kita tersebar tidak hanya di Wuhan. Di Wuhan ada 100-an, lainnya ada di sembilan titik. Kami siapkan lima titik meeting point di Wuhan, lalu titik lainnya di kota Enshi yang jaraknya 500 km dari Wuhan dan Jingzhou yang jaraknya 200 km dari Wuhan," tuturnya.
Adapun proses evakuasi dilakukan oleh 5 tim aju Kementerian Luar Negeri bersama 24 tim penjemput lainnya dan 18 kru Batik Air. Tim pemulangan WNI ini, setibanya di Indonesia, juga turut menjalani proses karantina selama 14 hari di Natuna, Kepulauan Riau.