Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Federal Jerome Powell mengatakan bank sentral AS mengatakan wabah virus corona berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi AS dan global. The Fed pun tengah mengawasi dengan cermat dampak dari wabah tersebut.
"Secara khusus, kami memantau dengan cermat munculnya virus corona, yang dapat menyebabkan gangguan di China yang meluas ke seluruh ekonomi global," kata Powell dalam sambutannya di hadapan anggota parlemen AS, Selasa (11/2), seperti dikutip Bloomberg.
Namun, Powell mengatakan wabah virus corona belum mengubah pandangan dasar Fed terhadap ekonomi AS, atau harapan di antara banyak anggota Federal Open Market Committee (FOMC) bahwa suku bunga akan tetap ditahan tahun ini.
"FOMC percaya bahwa sikap kebijakan moneter saat ini akan mendukung kelanjutan pertumbuhan ekonomi, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi yang kembali ke target 2 persen.” kata Powell.
"Selama informasi yang masuk mengenai ekonomi tetap konsisten secara luas dengan pandangan ini, sikap kebijakan moneter saat ini kemungkinan akan tetap sesuai," lanjutnya.
Virus dengan nama resmi COVID-19 tersebut telah mendorong upaya karantina terbesar yang diketahui di dunia dan memperlambat sebagian besar ekonomi China, mengganggu perjalanan dan perdagangan di seluruh dunia.
Baca Juga
Powell menghadapi pertanyaan anggota parlemen dari House Financial Services Committee tentang dampak potensial virus tersebut terhadap ekonomi AS.
"Kami tahu bahwa akan ada beberapa (dampak ekonomi), sangat mungkin ada beberapa efek pada Amerika Serikat," katanya.
Powell juga menanggapi anggota parlemen mengenai sejumlah masalah termasuk volatilitas di pasar uang, Libor, upah minimum, mata uang digital dan perbankan masyarakat. Dia dijadwalkan melakukan rapat dengar pendapat terpisah di hadapan Komite Perbankan Senat pada pukul 10.00 hari Rabu sebagai bagian dari kesaksian pertengahan tahun untuk Kongres.
Pejabat Fed telah menyuarakan keprihatinan mereka atas virus corona di sejumlah sambutan publik dalam beberapa hari terakhir. Wakil Ketua The Fed Richard Clarida menyebut virus tersebut sebagai "kartu liar" pada 31 Januari.
Laporan Kebijakan Moneter Pertengahan Tahun The Fed yang dirilis 7 Februari mengatakan virus tersebut adalah "risiko baru" yang berpotensi mengganggu perdagangan, menekan harga komoditas, dan menyebabkan dolar AS menguat.