Bisnis.com, JAKARTA - Australia akan mengevakuasi sekitar 600 warganya yang berada di Provinsi Hubei, China ke Christmas Island, untuk menghindari penularan virus corona.
Pulau terpencil itu dikenal dengan sejarah suram yang dulunya digunakan untuk menahan para pencari suaka.
Dilansir Bloomberg, Rabu (29/1/2020), Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa pemerintahnya sedang dalam pembicaraan dengan pihak berwenang China untuk mengevakuasi warganya dan Selandia Baru yang terisolasi dan rentan terhadap virus mematikan itu.
Selain itu, Pemerintah Australia juga tengah berunding dengan Qantas Airways Ltd. untuk mengatur penerbangan yang akan membawa warga terdampak ke pulau di lepas pantai barat laut negara itu selama dua minggu.
Sebagai bagian dari kebijakan Australia untuk mencegah pencari suaka, dari 2001 hingga 2018 Christmas Island digunakan sebagai pusat penahanan bagi orang-orang yang datang dari negara-negara seperti Iran, Afghanistan dan Sri Lanka tanpa visa. Para pencari suaka itu ditolak izin untuk mengajukan status pengungsi dan didesak untuk kembali ke tanah air mereka.
Sempat ditutup sementara waktu, pusat penahanan dibuka kembali oleh Morrison tahun lalu. Seorang juru bicara Qantas mengatakan bahwa maskapai itu bekerja dengan pemerintah untuk membawa Australia kembali dari Wuhan.
Pesawat Boeing Co 747 milik maskapai tidak akan bisa mendarat di Pulau Christmas sehingga pengaturan masih dalam pembicaraan.
Menurut reporter Broadcasting Corp. yang berbasis di China, Bill Birtles, tidak semua warga Australia kelahiran Negeri Tirai Bambu itu setuju dengan rencana pemerintah. Di media sosial muncul cuitan mengenai kekhawatiran tentang fasilitas medis di pulau itu serta kondusifitasnya untuk anak-anak.