Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Laporkan Kasus Ketiga Virus Corona

Pemerintah Jepang mengonfirmasi bertambahnya korban virus corona.
Virus/ilustrasi
Virus/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Jepang mengonfirmasi bertambahnya korban virus corona.

Seperti yang dikutip dari Reuters, Kementerian Kesehatan Jepang pada Sabtu (25/1/2020) mengonfirmasi kasus ketiga virus corona. Kasus terbaru dikonfirmasi menginfeksi seorang wanita berusia sekitar 30 tahun yang tinggal di Wuhan, Cina.

Adapun wanita tersebut diketahui kembali ke Jepang pada Sabtu 18 Januari 2020. Dengan terkonfirmasinya kasus ini, maka jumlah warga yang terinfeksi virus corona di Jepang bertambah.

Sebanyak 41 orang dinyatakan meninggal akibat virus baru corona yang menginfeksi 1.300 orang secara global. 

Angka ini naik dari 26 orang yang dilaporkan pada Jumat (24/1/2020). Seluruh angka kematian terbaru ini terjadi di Wuhan.

Komisi Kesehatan Nasional China mengonfirmasi bahwa kasus corona telah mencapai 1.287 di China hingga hari ini.

Kendati sebagian besar kasus terjadi di China, virus juga telah terdeteksi di Thailand, Vietnam, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Nepal, Prancis, dan Amerika Serikat. Bahkan, otoritas Prancis mengonfirmasi satu kasus serupa telah muncul pada Jumat malam.  

Virus ini menular dari manusia ke manusia. Otoritas kesehatan setempat menyebut  virus corona ini berasal dari pasar di Wuhan yang memperdagangkan satwa secara ilegal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan coronavirus baru sebagai "keadaan darurat di China" pekan ini, tetapi tidak menyatakannya sebagai ancaman internasional. 

Sementara, Otoritas Kesehatan Hubei (Provinsi Wuhan berada) menyatakan, hingga saat ini, terdapat 658 pasien yang terkena virus dalam perawatan medis, 57 di antaranya dalam kondisi kritis.

"Pasti membingungkan dan membuat marah bahwa pada akhir pekan lalu pemerintah meyakinkan warga bahwa virus tidak menyebar di antara manusia dan berada di bawah kendali. Hanya empat hari kemudian, mereka melakukan isolasi di Wuhan," kata Mary Gallagher, Direktur Pusat Studi China Lieberthal-Rogel di Universitas Michigan.

Para pejabat kesehatan khawatir laju penularan akan meningkat karena ratusan juta orang China bepergian di dalam dan luar negeri selama liburan Tahun Baru Imlek.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper