Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Singapura mengonfirmasikan masuknya virus corona (coronavirus) baru ke negeri ini.
Menurut Kementerian Kesehatan Singapura, virus tersebut diantarkan seorang warga Wuhan, China. Pria berusia 66 tahun itu tiba di Singapura bersama keluarganya pada 20 Januari 2020, setelah terbang dari Guangzhou dengan maskapai penerbangan China Southern Airlines.
“Ia saat ini berada dalam isolasi Singapore General Hospital dan dalam kondisi stabil,” papar Kementerian Kesehatan dalam suatu media briefing pada Kamis (23/1/2020), seperti dilansir Channel News Asia.
Pria tersebut dilaporkan mengalami sakit tenggorokan dalam penerbangannya meskipun tidak demam. Namun ia mengalami demam pada hari berikutnya dan mulai batuk.
Setelah mendatangi Singapore General Hospital pada Rabu (22/1/2020), ia langsung diisolasi, didiagnosis dengan pneumonia, dan diidentifikasi ke Kementerian Kesehatan sebagai suspek pada pukul 10 malam.
Dia kemudian dinyatakan positif terjangkiti virus corona baru pada Kamis (23/1) pukul 6 sore waktu setempat.
Baca Juga
Pihak kementerian lebih lanjut menginformasikan bahwa pelacakan kontak telah dimulai untuk mengidentifikasi sekitar 30 orang yang duduk dua baris di depan dan dua baris di belakang pria itu dalam penerbangannya.
Mereka yang telah diidentifikasi akan dihubungi oleh Kementerian Kesehatan Singapura.
Sementara itu, sembilan orang yang menyertai perjalanannya juga telah diidentifikasi. Salah satu dari sembilan orang itu adalah putranya yang berusia 37 tahun, yang telah menerima pengawasan sebagai suspek.
“Delapan orang lainnya telah meninggalkan Singapura. Pihak-pihak berwenang negara tujuan mereka telah diberi tahu,” lanjut pihak kementerian.
Secara keseluruhan, sudah ada total 28 suspek kasus dengan usia berkisar dari 1 hingga 78 tahun. Tujuh di antaranya telah diuji negatif.
Kementerian Kesehatan mengatakan kasus virus ini dapat bertambah di Singapura mengingat banyaknya jumlah kasus di China dan tingginya volume perjalanan dari China ke Singapura.
Virus corona baru telah menarik perhatian dunia internasional karena kemiripannya dengan virus Sindrom Pernapasan Akut Parah, atau SARS, yang membunuh hampir 800 orang pada 2003.
Virus itu diyakini muncul pada Desember 2019 di sebuah pasar makanan laut di Wuhan, dengan menyebar dari hewan yang terinfeksi ke manusia. Meski demikian, penularannya kemudian tampak berkembang antarmanusia.
Korban jiwa dan terinfeksi pun terus bertambah. Otoritas China melaporkan jumlah nyawa melayang akibat virus ini bertambah menjadi 25 orang, seperti dilansir Bloomberg (Jumat, 24/1/2020).
Sebagian besar dari pasien yang meninggal memiliki kondisi kesehatan lain, seperti diabetes dan penyakit jantung, yang melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka. Adapun, gejala terjangkiti virus ini di antaranya adalah demam, batuk atau sesak dada, dan kesulitan bernapas.