Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Incar 52 Lokasi Serangan di Iran

Presiden Donald Trump mengancam akan menyerang 52 lokasi di Iran dengan serangan "sangat keras" jika Iran menyerang aset maupun warga AS menyusul serangan pesawat tak berawak yang menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani dan seorang pemimpin milisi Irak.
Presiden AS Donald Trump berbicara dalam acara penandatanganan UU Otoritas Pertahanan Nasional untuk Tahun Fiskal 2020 di Pangkalan Militer Gabungan (Joint Base) Andrews, Maryland, AS, Jumat (20/12/2019)./Reuters-Leah Millis
Presiden AS Donald Trump berbicara dalam acara penandatanganan UU Otoritas Pertahanan Nasional untuk Tahun Fiskal 2020 di Pangkalan Militer Gabungan (Joint Base) Andrews, Maryland, AS, Jumat (20/12/2019)./Reuters-Leah Millis

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Donald Trump mengancam akan menyerang 52 lokasi di Iran dengan serangan "sangat keras" jika Iran menyerang aset maupun warga AS menyusul serangan pesawat tak berawak yang menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani dan seorang pemimpin milisi Irak.

Puluhan ribu orang hari ini berbaris di Irak untuk menyampaika rasa duka atas kematian kedua pemimpin militer kedua negara itu.

Tanpa menunjukkan upaya untuk meredakan ketegangan yang timbul akibat serangan yang dia perintahkan sehingga menewaskan Soleimani dan pemimpin milisi Irak yang didukung Iran Abu Mahdi al-Muhandis di bandara Baghdad pada hari Jumat, Trump malah mengeluarkan ancaman terhadap Iran di Twitter. Serangan itu memicu konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

Iran bersuara lantang soal target aset AS tertentu sebagai pembalasan atas kematian Soleimani. Trump mengatakan Amerika Serikat telah "menargetkan 52 lokasi di Iran" dan beberapa di antaranya "sangat penting bagi Iran & budaya Iran, katanya.

"AS tidak menginginkan ancaman lagi!" ujar Trump dan menambahkan bahwa 52 target mewakili 52 orang Amerika yang disandera di Iran selama 444 hari setelah ditangkap di Kedutaan Besar AS di Teheran pada November 1979 yang menjadi titik paling menyakitkan yang abadi dalam hubungan AS-Iran.

Akan tetapi Trump tidak mengidentifikasi lokasi itu. Pentagon juga tidak menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Trump.

Di antara pelayat di Irak termasuk para anggota milisi berseragam yang memandang Muhandis dan Soleimani sebagai pahlawan. Mereka membawa potret kedua pria itu dan menempelkannya di dinding dan pengangkut personel lapis baja dalam prosesi. Nyanyian "Matilah Amerika" dan "No No Israel" terdengar seperti dikutip Reuters, Minggu (5/1/2020).

Pada Sabtu malam, sebuah roket jatuh di Zona Hijau Baghdad yang dibentengi  dekat Kedutaan Besar AS, sedangkan roket lainnya menghantam kawasan Jadriya dan dua lagi ditembakkan di pangkalan udara Balad di utara kota. Akan tetapi tidak ada yang terbunuh, menurut militer Irak.

Pasukan Pengawal Revolusi Iran juga menyebutkan 35 target kepentingan Amerika Serikat untuk serangan balasan sebagai tanggapan atas pembunuhan Soleimani.

Jenderal Gholamali Abuhamzeh, seperti  dikutip oleh kantor berita Tasnim, mengatakan Jumat malam bahwa Iran akan menghukum Amerika Serikat di mana pun mereka berada dalam jangkauan Republik Islam, dan meningkatkan prospek serangan terhadap kapal-kapal di Teluk.

"Selat Hormuz adalah titik vital bagi Barat dan sejumlah besar kapal perusak dan kapal perang Amerika Serikat menyeberang ke sana. ... Target vital AS di kawasan itu telah diidentifikasi oleh Iran sejak lama. ..sekitar 35 target AS di wilayah tersebut serta Tel Aviv berada dalam jangkauan kami,” katanya seperti dikutip.

Milisi Kataib Hezbollah dari Iraq memperingatkan pasukan keamanan Irak untuk menjauh dari pangkalan-pangkalan AS di Irak dengan jarak tidak kurang dari seribu meter mulai Minggu malam," menurut laporan TV Lebanon al-Mayadeen.

Trump mengatakan pada Jumat Soleimani telah merencanakan serangan "jarak dekat” pada diplomat Amerika Serikat dan personil militer. Sementara itu, para pengkritik dari Partai  Demokrat AS mengatakan tindakan presiden Republik itu sembrono dan mempertaruhkan lebih banyak pertumpahan darah di wilayah berbahaya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Akhirul Anwar
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper