Bisnis.com, JAKARTA -- Suasana di pasar keuangan global telah berubah menjadi penuh kehati-hatian setelah serangan udara Amerika Serikat menewaskan seorang komandan Iran, memicu kekhawatiran peningkatan ketegangan.
Dilansir melalui Bloomberg, saham berjangka AS terpantau menurun dan saham Asia membalikkan keuntungan pada Jumat (3/1), sementara minyak melonjak bersama dengan yen dan emas.
Qassem Soleimani, seorang jenderal Iran yang ditakuti memanfaatkan milisi proksi untuk memperluas kekuasaan negaranya di Timur Tengah, terbunuh atas arahan Presiden AS Donald Trump.
Langkah risk-off diperdalam setelah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khameini, menyatakan akan ada balasan bagi pembunuh Soleimani.
Berita mengejutkan ini datang setelah sebagian besar kategori aset memiliki kinerja cemerlang pada 2019, dengan ekuitas AS menutup salah satu tahun terbaik dalam dekade terakhir.
Beberapa analis menyampaikan pandangan mereka terhadap kejadian ini.
Menurut Kay Van-Petersen, ahli strategi makro global di Saxo Capital Markets Pte., Singapura, pasar kemungkina bergerak dari skema proksi (Iran) versus proksi (Saudi dan AS) ke pasukan yang didukung Iran versus pasukan yang didukung AS.
Meski demikian, dia tidak dapat memperkirakan langkah apa yang akan diambil Iran.
"Orang-orang belum akan kembali bekerja sepenuhnya pada pekan depan hingga pertengahan Januari sehingga pengetatan likuiditas dapat memicu reaksi berlebihan. Kita lihat perkembangannya selama 24-48 jam ke depan," kata Van-Petersen, dikutip melalui Bloomberg, Jumat (3/1).
Dia menggarisbawahi, penguatan pada minyak terasa sedikit berlebihan, namun positif untuk pengeluaran pertahanan AS dan bahkan dapat mendorong saham pertahanan Perancis.
Sementara itu, manajer keuangan Convenant Capital Pte. Edward Lim mengatakan serangan ini hanya menyoroti risiko geopolitik dari pasar minyak serta potensi pasar mengalami kekurangan minyak pada satu atau dua kuartal pertama tahun 2020.
"Kami tidak memberikan reaksi apapun terhadap berita ini karena kami telah membeli beberapa saham minyak seperti CNOOC dan Total ketika minyak diperdagangkan mendekati US$60 pada akhir 2019," ungkapnya.
Mingze Wu, pedagang valuta asing di INTL FCStone, Singapura, berpendapat bahwa sedikit mengagetkan melihan dolar bergerak secara signifikan terhadap mata uang Asia meskipun berita ini seharusnya tidak berdampak langsung terhadap kawasan ini.
Menurutnya, reaksi berlebihan ini dapat dikaitkan dengan reli emas dan yen Jepang, yang keduanya merupakan safe haven klasik, menyoroti besarnya gerakan pasar menghindari risiko dari berita serangan itu.
"Investor khawatir bahwa situasi di Iran akan memburuk, karena mungkin ada beberapa pembalasan setelah serangan AS," kata Steven Leung, direktur eksekutif di UOB Kay Hian (Hong Kong) Limited.
Menjelang akhir pekan, tambahnya, orang-orang ingin mengurangi risiko. Apalagi, saham telah banyak reli dalam sebulan terakhir ini, jadi setiap berita buruk adalah alasan untuk mengambil untung.