Bisnis.com, JAKARTA – Meski Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menyatakan akan menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama dengan China pada 15 Januari 2020, pemerintah China masih membisu.
Melalui akun Twitter miliknya pada Selasa (31/12/2019), Trump menyatakan seremoni penandatanganan kesepakatan tersebut akan dilakukan di Gedung Putih.
Ia juga mengatakan akan melakukan kunjungan ke Beijing untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kesepakatan fase kedua.
I will be signing our very large and comprehensive Phase One Trade Deal with China on January 15. The ceremony will take place at the White House. High level representatives of China will be present. At a later date I will be going to Beijing where talks will begin on Phase Two!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) December 31, 2019
Kendati demikian, seperti dilansir Bloomberg (Kamis, 2/1/2020), sejauh ini Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri di Beijing belum memberikan konfirmasi mengenai tanggal tersebut dan belum merilis pernyataan apa pun tentang penandatanganan tersebut.
Pada Senin (30/12/2019), Kementerian Perdagangan mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan konferensi pers mingguannya pada Kamis (2/1). Adapun Kementerian Luar Negeri China akan mengadakan briefing reguler pada sore hari waktu setempat.
Terlepas dari minimnya kejelasan mengenai tanggal penandatanganan, pemerintah China masih mengindikasikan bahwa pihaknya juga menginginkan kesepakatan.
Baca Juga
Kolom komentar di halaman depan harian People's Daily pada Selasa (31/12) menyebutkan “siapa pun berharap China dan AS akan menandatangani perjanjian fase satu”.
Pertama kali diumumkan pada 13 Desember 2019, kesepakatan yang dimaksud berisikan ketentuan penangguhan rencana tarif baru oleh pemerintah AS atas impor China senilai US$160 miliar, termasuk telepon pintar dan mainan, serta pengurangan beberapa tarif eksisting.
Di lain pihak, China setuju untuk meningkatkan pembelian produk-produk pertanian Amerika dan telah membuat komitmen baru tentang perlindungan kekayaan intelektual, juga transfer teknologi paksa dan praktik mata uang.
Langkah tersebut setidaknya untuk sementara waktu telah meredakan kekhawatiran akan meningkatnya perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia itu.