Bisnis.com, JAKARTA — Militer Amerika Serikat melakukan serangan udara di Irak dan Suriah dengan menyasar kelompok milisi Kataib Hezbollah.
Serangan militer AS itu merupakan aksi balasan terhadap pembunuhan seorang kontraktor sipil AS dalam serangan roket di sebuah pangkalan militer Irak, kata para pejabat AS kemarin.
Sumber-sumber keamanan dan milisi Irak mengatakan bahwa sedikitnya 18 pejuang milisi tewas dan lebih dari 50 lainnya cedera setelah tiga serangan udara AS tersebut.
Empat komandan lokal Kataib Hezbollah terdapat di antara korban tewas, kata sumber itu. Dia menambahkan bahwa salah satu serangan telah menargetkan markas kelompok milisi di dekat distrik Qaim barat di perbatasan dengan Suriah.
Pentagon menyatakan bahwa militer AS telah menargetkan tiga lokasi kelompok milisi Muslim yang didukung Iran di Irak dan dua di Suriah.
Lokasi-lokasi itu, kata sumber itu, termasuk fasilitas penyimpanan senjata dan lokasi komando dan kontrol yang digunakan kelompok itu untuk merencanakan dan melakukan serangan terhadap pasukan koalisi.
Baca Juga
Seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh jet tempur F-15 seperti dikutip Reuters, Senin (30/12/2019).
Amerika Serikat menuduh Kataib Hezbollah melakukan serangan yang melibatkan lebih dari 30 roket pada Jumat (27/12/2019) sehingga menewaskan kontraktor sipil AS dan melukai empat prajurit AS dan dua anggota Pasukan Keamanan Irak di dekat kota Kirkuk yang kaya minyak.
"Membalas serangan Kataib Hezbollah yang diulangi di pangkalan Irak sebagai tuan rumah pasukan koalisi Operation Inherent Resolve, pasukan AS telah melakukan serangan defensif yang terukur ... yang akan menurunkan kemampuan Kataib Hezbollah untuk melakukan serangan di masa depan terhadap pasukan koalisi Operation Inherent Resolve " kata kepala juru bicara Pentaagon, Jonathan Hoffman dalam sebuah pernyataan.
Awal bulan ini, Menlu AS Mike Pompeo menyalahkan pasukan yang didukung Iran untuk serangkaian serangan di pangkalan-pangkalan di Irak dan memperingatkan Iran bahwa serangan apa pun oleh Teheran atau proksi yang merugikan orang AS atau sekutu akan "dibalas AS secara tegas."
Ketegangan meningkat antara Teheran dan Washington sejak tahun lalu ketika Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari perjanjian nuklir Teheran 2015. Padahal, sebelumnya enam negara industri maju telah menandatangani kesepakatan tersebut.