Bisnis.com, BANDUNG — Jika di Bandung menemukan cafe di atas bukit ataucafe di tengah rimbunnya pepohonan pinus mungkin menjadi sebuah hal lumrah. Namun, kini di Kota Bandung, ada cafe di tengah sungai.
Cafe tersebut dinamai Walungan. Cafe ini berada di Jalan Pagarsih, Pinggir Pasar Ulekan Kecamatan Astana Anyar Kota Bandung.
Wali Kota Bandung, Oded M Danial mengatakan cafe ini menjadi yang pertama di Indonesia, yang hadir di tengah-tengah sungai. Sesuai namanya 'Cafe Walungan' yang berarti kafe sungai berada di anak Sungai Citepus tepatnya di kawasan Pagarsih, Kota Bandung.
"Alhmdulillah kita meresmikan satu dari 41 sungai yang melintasi Kota Bandung yaitu sungai anak kali Citepus, dan kita resmikan 'Cafe Walungan'," kata Oded.
Oded berharap dengan adanya 'Cafe Walungan' tersebut bisa menjadi spirit bagi warga sekitar untuk membentuk karakter mereka berbudaya terutama budaya cinta lingkungan, budaya bersih lingkungan.
"Saya berharap tidak ada lagi yang membuang sampah ke sungai apalagi tinja," pinta Oded.
Baca Juga
Oded mengungkapkan, pembangunan 'Cafe Walungan' itu bukan hanya untuk aspek keamanan banjir tetapi juga kenyamanan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat terutama kebahagiaan.
"Pak camat tolong setiap infrastuktur yang sudah dibangun oleh Pemkot Bandung harus dijaga," tegasnya.
Tidak hanya di kawasan Pagarsih, berharap, konsep serupa bisa diterapkan di sungai yang lain di Kota Bandung.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung, Didi Ruswandi menyampaikan, pembangunan kawasan tersebut seluruh menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung. Untuk Biocord sekiytar Rp196 juta, pembangunan Walungan Cafe Rp195 juta. Sedangkan tamannya sekitar Rp146 juta. Total mencapai Rp550 juta.
Sebelumnya Didi telah menjelaskan, aliran air yang jernih di sungai babakan irigasi ini merupakan hasil penyaringan menggunakan Biocord. Yakni sebuah teknologi instalasi yang didatangkan dari Jepang untuk mengubah air sungai kotor dan berbau.
Instalasi Biocord dipasang di bagian hulu sepanjang 15 meter. Kemudian air sungai yang jernih mengaliri area buatan DPU sepanjang 42 meter yang terdiri dari kolam cetek setinggi betis orang dewasa.
"Jadi namanya itu Biocord, teknologi dari Jepang. Itu kaya rumah mikroba kena air ditambah udara aktif, nanti aktifnya itu tiga minggu," jelasnya.
Pemilihan lokasi di Babakan Irigasi karena debit aliran air di sungai dinilai ini bisa diatur, sehingga bisa diseauaikan dengan Biocord. Setelah pembuatan ini DPU juga akan terus mengedukasi masyarakat agar memelihara sekitar area Biocord.