Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Inggris menunjuk Andrew Bailey, kritikus aktif terhadap kebijakan keuangan Uni Eropa (UE), sebagai gubernur baru Bank of England (BOE) menggantikan Mark Carney.
Bailey, yang saat ini bertugas sebagai regulator top keuangan Inggris, akan memulai masa kepemimpinannya di BOE pada 16 Maret 2020.
Periode kepemimpinan Carney sebenarnya dijadwalkan berakhir pada Januari 2020. Namun, dia mengajukan perpanjangan untuk proses pergantian yang lebih lancar, apalagi di tengah masa transisi Brexit.
Inggris ditetapkan keluar dari UE pada 31 Januari 2020, batas waktu yang kemungkinan besar akan terpenuhi setelah Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson kembali berkuasa pada bulan ini.
"Bailey adalah kandidat yang menonjol. Tanpa keraguan, dia adalah orang yang tepat untuk memimpin bank saat kita menempa masa depan baru di luar UE," kata Menteri Keuangan Inggirs Sajid Javid seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu (21/12/2019).
Tidak seperti Carney, yang mulai memimpin BoE pada 2013, Bailey setuju untuk menjalani masa kepemimpinan selama 8 tahun penuh. Pria berusia 60 tahun asal Leicester ini dikenal sebagai orang dalam bank sentral dan dianggap sebagai tokoh utama dalam setiap survei ekonomi Bloomberg.
Baca Juga
Bailey secara terbuka menyampaikan keraguannya terhadap regulasi pasar keuangan UE, sikap yang membuat pencalonannya menjadi perhatian Johnson dan Javid.
Ketenaran Bailey sempat memudar belakangan ini setelah serangkaian penilaian keliru dalam jabatannya sebagai pemimpin di otoritas keuangan atau Financial Conduct Authority (FCA), yang bertugas memastikan bahwa pasar keuangan Inggris beroperasi secara adil.
Dia menghadapi banyak skandal termasuk runtuhnya perusahaan mini-bond London Capital & Finance, menyita dana pensiun investor, kehancuran kerajaan investasi Woodford, dan M&G Plc yang berhenti berinvestasi pada dana properti awal bulan ini.
Bailey ditunjuk sebagai Gubernur BOE hanya sehari setelah FCA diminta oleh bank sentral untuk menyelidiki penyalahgunaan siaran audio dari beberapa konferensi persnya yang mungkin menimbulkan ketidakadilan di antara para trader.