Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mampukah Jerman Berpaling dari Huawei?

Jerman menginginkan peluncuran teknologi 5G secara cepat untuk memperbaiki jaringan telepon selulernya yang sudah ketinggalan zaman.
Logo perusahaan Huawei tampak di mal di Shanghai, China, 3 Juni 2019, /REUTERS
Logo perusahaan Huawei tampak di mal di Shanghai, China, 3 Juni 2019, /REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Jerman menginginkan peluncuran teknologi 5G secara cepat untuk memperbaiki jaringan telepon selulernya yang sudah ketinggalan zaman.

Namun sekelompok anggota parlemen Jerman mengajukan penolakan dan melarang peralatan yang dibuat oleh Huawei Technologies Co. masuk ke negara tersebut.

Ada dampak yang tidak terhindarkan untuk negara mana pun yang mempertimbangkan larangan terhadap penggunaan produk telekomunikasi Huawei.

Menurut kolumnis Bloomberg Opinion, Alex Webb, jika Jerman tetap bergantung pada peralatan yang diproduksi oleh rival terbesar Huawei seperti Nokia Oyj, Ericsson AB dan Samsung Electronics Co. Ltd., risiko intervensi Beijing dapat dihindari.

Namun, itu artinya proses pengembangan 5G akan memakan waktu lebih lama karena untuk saat ini teknologi Huawei masih jauh lebih unggul.

Deutsche Telekom AG, operator telepon terbesar Jerman, memperkirakan larangan terhadap perusahaan China itu akan menunda pengembangan 5G hingga setidaknya dua tahun.

Sementara pemerintah di Inggris hingga India bergerak lebih agresif untuk melarang penggunaan teknologi Huawei, posisi Berlin tidak begitu menguntungkan.

Hal ini disebabkan oleh penetrasi Huawei yang cukup dalam di pasar Jerman. Huawei memiliki sekitar sepertiga pangsa pasar peralatan telekomunikasi di Eropa dan memasok setidaknya setengah dari peralatan yang digunakan Deutsche Telekom.

Pada perkembangan terbaru, Partai Konservatif dan Demokrat Sosial Jerman sepakat untuk menunda pembahasan keputusan terkait isu keamanan pada teknologi 5G Huawei hingga tahun depan.

"Solusinya kemungkinan akan tercapai pada Januari. Kami akan membuat cetak biru bersama dan mungkin ketentuannya akan lebih ketat," ujar anggota Partai Sosial Demokrat Jens Zimmermann, dikutip melalui Reuters, Rabu (18/12/2019).

Pemerintahan Kanselir Jerman Angela Merkel yang berada di  bawah tekanan dari Amerika Serikat untuk menghindari penggunaan peralatan Huawei, ingin memperkuat sertifikasi teknis dan pengawasan terhadap pemasok peralatan telekomunikasi, tanpa mengecualikan negara atau vendor tertentu.

Anggota parlemen Sosial Demokrat pada Selasa (17/12) mendukung proposal internal yang jika diadopsi oleh pemerintah dapat secara efektif membuat Jerman meninggalkan teknologi Huawei.

RISIKO PENUNDAAN 5G

Semua operator telekomunikasi Jerman, yang merupakan pelanggan  Huawei, telah menyampaikan peringatan bahwa pelarangan terhadap produk China itu akan menimbulkan kerugian secara waktu dan material miliaran dolar.

"Jerman memiliki salah satu jaringan seluler terburuk di Eropa," menurut perusahaan riset OpenSignal.

Sebagai bagian dari pelelangan hak spektrum 5G, regulator Jerman menetapkan target cakupan yang agresif.

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa perusahaan industri di negara itu dapat bertumpu pada 5G untuk mengimbangi inovasi terbaru dalam kecerdasan buatan dan komputasi awan.

Sama pentingnya, banyak bisnis terbesar Jerman bergantung pada ekspor Cina.

China adalah tujuan ekspor terbesar ketiga Jerman, terhitung sekitar US$100 miliar per tahun, dan pasar tunggal terbesar untuk produsen mobil Volkswagen AG, BMW AG dan Daimler AG.

Hubungan antara Berlin dan Beijing setelah Duta Besar China untuk Jerman menyampaikan ancaman bahwa China akan memberlakukan sanksi balasan atas larangan pada Huawei akan membuat industri otomotif resah.

"Kondisi ini akan menempatkan Berlin pada posisi yang tidak menyenangkan. Dari sudut pandang keamanan, melarang produk Huawei masuk mungkin akan menjadi keputusan yang tepat. Namun hubungan diplomasi dan perdagangan Jerman akan terganggu," kata kolumis Bloomberg Opinion Alex Webb.

LOBI AS DI EROPA

Pada pekan pertama Desember, pejabat AS merongrong Eropa dalam upaya membujuk sekutu mereka untuk mengurangi penggunaan peralatan Huawei.

Eropa terjebak di antara dua kekuatan utama dunia, China dan AS, atas pertanyaan apakah memasukkan Huawei ke dalam peluncuran jaringan 5G di masa depan adalah langkah yang tepat.

Banyak negara di Eropa tidak ingin membuat Beijing marah, sebagai mitra dagang yang signifikan.

Sementara AS, sekutu keamanan yang tidak kalah penting, telah berulang kali memperingatkan bahwa mereka akan menilai kembali kerjasama intelijen dengan negara-negara di Eropa yang menggunakan Huawei pada jaringan 5G mereka.

Beberapa waktu lalu Uni Eropa telah sepakat bahwa negara-negara anggotanya harus mengadopsi pendekatan yang komprehensif dan berbasis risiko untuk keamanan jaringan 5G.

Kemudian disusul oleh diskusi antara Presiden AS Donald Trump dan Kanselir Jerman Angela Merkel yang membahas tentang perlunya membatasi keterlibatan penyedia teknologi yang tidak dipercaya.

Diskusi itu terjadi ketika operator telepon Deutsche Telekom AG, mengumumkan bahwa mereka telah menghentikan pesanan peralatan 5G karena status Huawei yang tidak pasti.

Merkel sebelumnya menegaskan bahwa vendor individu seperti Huawei tidak boleh dilarang untuk masuk ke Jerman.

Sementara diplomat Amerika melihat kesimpulan keamanan Uni Eropa yang baru sebagai tanda kemajuan, hal ini belum pasti akan mengarah pada perubahan status Huawei di Eropa.

Di bawah undang-undang Uni Eropa saat ini, hanya negara-negara anggota yang dapat melarang keterlibatan vendor dari pasar mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper